FAJAR.CO.ID, JAKARTA – Indonesia selalu punya ragam keistimewaan yang indah, dan akan lebih menyentuh jika diulas dari akar-akarnya.
Ragam warisan budaya yang patut untuk dipertahankan, seperti batik dengan beragam makna disetiap ukirannya, salah satunya motif batik gringsing.
Pembuatan kain Gringsing berasal dari tangan penduduk Desa Tenganan, Kecamatan Manggis, Karangasem atau dikenal dengan Desa Bali Agai. Penduduk Desa Bali Aga konon merupakan penduduk asli Bali.
Motif batik gringsing adalah motif batik kuno yang memiliki ciri khas berupa bulatan-bulatan yang tersusun rapi seperti sarang lebah.
Makna simbolik dari motif Gringsing adalah doa atau harapan agar terhindar dari pengaruh buruk dan kehampaan.
Adapun setiap dasar motifnya, tercipta dari bahan alami. Motif batik Ceplok Kembang Kates menggunakan ide dasar tanaman kates, motif utama biji dan bunga, dan motif tambahan putik, isen-isen cecek dan sawut.
Konon, kain tenun Gringsing berasal dari kata “gring” yang berarti sakit, dan “sing” berarti tidak.
Sehingga, kain tenun Gringsing diartikan “tidak sakit”, atau sebagai penolak bala untuk mengusir penyakit. Selain itu, kain tenun asal Karangasem ini juga dipercaya sebagai pelindung,
Berikut ini adalah beberapa hal yang berkaitan dengan motif batik gringsing:
- Nama gringsing berasal dari kata "gering" yang berarti sakit dan "sing" yang berarti tidak.
- Motif gringsing merupakan batik keraton yang dulunya tidak sembarang orang boleh mengenakannya.
- Motif gringsing memiliki pusat atau yang disebut dengan sedulur papat lima pancer.
- Motif gringsing menggunakan pewarna alam sehingga warnanya sangat terbatas.
- Motif gringsing memiliki makna dan fungsi yang berbeda di setiap daerah.
- Motif gringsing sering digunakan dalam upacara pernikahan atau upacara keagamaan di Bali.
- Motif gringsing terinspirasi untuk membuat tari batik gringsing.
Ditinjau dari segi warna, kain ini memiliki keunikan tersendiri, di mana pada umumnya Kain Tenun Gringsing hanya memiliki 3 warna, yaitu merah, kuning, dan hitam atau yang disebut “tridatu”. Tiga warna tersebut memiliki makna filosofis yang mendalam.
(Besse Arma/Fajar)
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di: