
FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Pakar forensik digital, Rismon Sianipar, angkat bicara terkait pernyataan lama mantan Presiden Jokowi yang mengaku memiliki Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) di bawah angka dua namun tetap bisa mencalonkan diri sebagai presiden.
"Jadi Capres tak perlu IPK 4, Jokowi (bilang) IPK saya kurang dari 2," kata Rismon di X @SianiparRismon, mengutip ucapan Jokowi yang sempat viral (12/5/2025).
Namun, menurut Rismon, secara akademik pernyataan itu perlu dikaji ulang.
Ia menilai tidak masuk akal jika Universitas Gadjah Mada (UGM), salah satu perguruan tinggi ternama di Indonesia, meluluskan mahasiswa dengan IPK serendah itu.
"Secara akademik, tak mungkin UGM meluluskan seorang mahasiswa dengan IPK kurang dari 2," tegasnya.
Sebelumnya, Ahli epidemiologi sekaligus pegiat media sosial, dr. Tifauzia Tyassuma atau yang dikenal dengan nama Dokter Tifa, mendadak menyerang mantan Presiden Jokowi terkait polemik ijazah.
Tifa menyebut bahwa isu kemungkinan palsunya ijazah Jokowi justru bermula dari pernyataannya sendiri ketika menjadi pembicara di Universitas Islam Indonesia (UII), Yogyakarta pada 28 Juni 2013.
“Siapa yang pertama kali membuat hoaks bahwa kemungkinan besar ijazah Jokowi palsu? Ya dia sendiri!” ujar Tifa di X @DokterTifa (12/5/2025).
Tifa mengutip pernyataan Jokowi saat itu yang menyebut bahwa indeks prestasi kumulatif (IPK) bukanlah tolok ukur utama untuk menjadi Presiden, bahkan menyebut dirinya tidak punya IPK dua saja.
Pernyataan tersebut dinilai Tifa sebagai pengakuan eksplisit bahwa IPK Jokowi di bawah standar kelulusan minimal universitas.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di: