Kasus BLBI BCA Kembali Mencuat, Begini Kata Manajemen BCA dan Danantara

2 weeks ago 18
Ilustrasi -- PT Bank Central Asia Tbk. Foto: ANTARA /Muhammad Adimaja

FAJAR.CO.ID,JAKARTA — Kasus Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) kembali mencuat. Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI) Danantara ikut disebut-sebut.

Pasalnya, BPI Danantara diisukan akuisisi mayoritas saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA). Namun dibantah oleh CEO Danantara Rosan Roeslani.

“Enggak ada,” kata Rosan saat ditemui di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (20/8/2025. Dikutip dari Pojoksatu.

Kasus BLBI sendiri, berakar pada bantuan BLBI dan penjualan 51 persen saham BCA pada tahun 2022.

Saat itu, mendiang eks Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan dan Industri era Presiden Abdurrahman Wahid atau Gusdur, Kwik Kian Gie menyebut penjualan BCA merugikan negara hingga Rp87,99 triliun.

Pasalnya, pemerintah sudah menyuntik dana besar, mulai dari BLBI Rp31,99 triliun, pembayaran bunga, hingga Obligasi Rekapitalisasi Rp60 triliun, sebelum akhirnya BCA dilepas hanya Rp10 triliun kepada investor asing Farallon.

"Uang pemerintah yang ada di dalam BCA sebesar Rp88 triliun, tapi dijual hanya Rp10 triliun. Ada kerugian besar yang dibuat pemerintah sendiri," tulis Kwik kala itu.

Perjalanan BCA juga tak lepas dari kewajiban Grup Salim selaku pemegang saham lama.
Salim Group memiliki kredit Rp52,7 triliun di BCA, yang dialihkan ke pemerintah setelah 92,8% saham bank itu dikuasai negara.

Utang tersebut diselesaikan lewat skema Master Settlement and Acquisition Agreement (MSAA). Keluarga Salim menyerahkan uang tunai Rp100 miliar dan 108 perusahaan dengan valuasi konsorsium Danareksa-Bahana-Lehman sebesar Rp51,9 triliun.

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:

Read Entire Article
Rakyat news| | | |