
FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kesehatan terus berupaya mendorong pemerataan distribusi tenaga perawat di seluruh wilayah Indonesia, khususnya di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T). Saat ini, ketimpangan jumlah perawat di daerah tersebut dinilai masih menjadi tantangan.
"Perawat mungkin secara nasional sudah cukup jumlahnya, akan tetapi di daerah 3T masih ada yang kurang," ujar Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan Aji Muhawarman saat dihubungi di Jakarta, Senin (17/3/2025).
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan per Maret 2025, jumlah perawat yang terdaftar di Indonesia sebanyak 784.515 orang. Jawa Timur mencatatkan jumlah perawat terbanyak, yakni 98.744 orang, disusul Jawa Barat dengan 94.392 orang, dan Jawa Tengah 94.193 orang.
Sementara itu, provinsi dengan jumlah perawat paling sedikit adalah Kalimantan Utara (3.233 orang), Papua Barat (4.799 orang), dan Bangka Belitung (5.054 orang).
Rasio dan Produksi Perawat
Aji Muhawarman menjelaskan, saat ini rasio perawat di Indonesia mencapai 2,5 per 1.000 penduduk. Dari sisi pendidikan, terdapat 793 program studi keperawatan yang tersebar di berbagai perguruan tinggi, terdiri atas 431 program pendidikan vokasi dan 380 pendidikan profesi.
Selain itu, setiap tahun, Kemenkes mencatat penerbitan sekitar 64.887 surat tanda registrasi (STR) baru bagi perawat.
Namun, menurut Aji, tantangan dalam pemenuhan kebutuhan tenaga perawat tidak hanya soal jumlah, tetapi juga distribusi dan kualitas. "Kekurangan jumlah dan distribusi (diatasi) dengan berbagai cara, seperti penugasan khusus, pengangkatan ASN, pemberian beasiswa," kata Aji.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di: