E-Commerce
FAJAR.CO.ID, MAKASSAR — Pengusaha toko alat listrik, Yudhi Pratama Karsa mengeluhkan pendapatannya yang jeblok. Dia mengatakan hal itu terjadi sejak populernya e-commerce.
Toko Yudhi berada di Jalan Sulawesi, Makassar. Saat ini, omzet tokonya hanya Rp100 ribu sampai Rp150 ribu per hari.
“Dulu sebelum ada e-commerce, di tahun 2017 omzet toko rata-rata Rp850 ribu per hari, sedang di tahun 2018 sampai sekarang,” kata Yudhi kepada fajar.co.id, Rabu (5/11/2025).
Sebelum 2018, dia mengatakan ada belasan orang yang berbelanja di tokonya. Sekarang, rata-rata hanya sampai tiga orang saja.
“Usaha toko saya terus makan modal, gak cukup untuk tutupi kebutuhan sehari-hari. Akhirnya saya terus berhutang ke bank. Hidup dari utang ke utang,” ujarnya.
Menurutnya, makin populernya e-commerce membuat toko online tumbuh subur. Akhirnya perlahan mematikan banyak toko-toko kecil seperti tokonya.
Di sisi lain, dia takut jualan ke online, karena harus bersaing dengan grosiran yang ikut jualan di online. Sementara dirinya hanya toko ecer kecil.
“Maka pasti toko saya sanggup bersaing harga dengan grosiran yang ikut menjual di online, karena tidak adanya proteksi regulasi harga jual terendah dari pemerintah,” ujarnya.
Kondisi tersebut, kata dia, tidak hanya menimpanya. Dia punya grup WhatsApp bernama Komunitas Pedagang Lokal Indonesia, anggotanya 56 orang.
Keluhannya sama. Dampak e-commerce berpengaruh terhadap kelangsungan bisnis mereka.
“Ada banyak usaha yang berdarah-darah akibat dihantam e-commerce di hari ini,” terangnya.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:


















































