
FAJAR.CO.ID,JAKARTA — Politisi, Akbar Faizal menyoroti pemotongan ekstrim anggaran kementerian. Ia menyebut sejumlah menteri telah menjerit.
“Semua kementerian mengeluhkan pemotongan anggaran ekstrim,” kata Akbar Faizal dikutip dari unggahannya di X, Rabu (5/2/2025).
Ia mengungkapkan, kementerian yang ditambah anggarannya saja tiap tahun, kinerjanya compang-camping.
“Selama puluhan tahun kinerja mereka compang-camping meski anggaran terus ditambah,” ujar Akbar Faizal.
Hanya saja, kinerja kementerian itu dipoles dengan survei kepuasan publik.
“Mereka hanya beruntung respon publik biasa saja terutama oleh ketakpahaman apalagi dibumbui menu ‘puas’ oleh lembaga survei,” terangnya.
Ia mengatakan ada sejumlah persoalan di kementerian. Selain korupsi, juga keengganan memanfaatkan teknologi.
“Selain korupsi, keengganan memgoptimalkan teknologi informasi dan komunikasi digital jadi penyebab. Kata para aktifis, tolol adalah pintu lain menemukan jalur tikus,” pungkasnya.
Adapun pemotongan anggaran itu melalui Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 1 Tahun 2025. Beleid itu mengamanatkan penghematan belanja APBN 2025 senilai Rp306,69 triliun.
"Efisiensi anggaran itu tidak ke program, tapi ke belanja di masing-masing kementerian/lembaga (K/L)," kata Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto di Jakarta Pusat, Kamis (30/1).
Presiden Prabowo mengincar dua titik utama efisiensi belanja APBN. Pertama, belanja K/L di Kabinet Merah Putih yang harus dihemat Rp256,1 triliun. Kedua, dana transfer ke daerah (TKD). Mulanya, pemerintah bakal menyalurkan uang ke pemerintah daerah sebesar Rp50,59 triliun.
(Arya/Fajar)
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di: