![](https://fajar.co.id/wp-content/uploads/2025/02/IMG_20250212_213332.jpg)
FAJAR.CO.ID, JAKARTA – Di beberapa tradisi Tionghoa, Cap Go Meh atau Festival Lentera jatuh pada hari ke-15 setelah Tahun Baru Imlek.
Tradisi ini memiliki sejarah panjang, tidak hanya menyangkut budaya Tionghoa, tetapi juga pengaruhnya terhadap kebudayaan di berbagai belahan dunia.
Perayaan Cap Go Meh memiliki makna mendalam, baik secara spiritual maupun sosial, dan terhubung erat dengan siklus kalender lunar Tiongkok.
Bahkan, dalam tradisi ini memiliki berbagai makna dan simbolik terkait cuaca yang terjadi pada hari itu.
Jika perayaan Cap Go Meh disertai dengan hujan, ini bisa memiliki berbagai penafsiran berdasarkan pandangan tradisional.
Berikut beberapa penafsiran jika perayaan Cap Go Meh di sertai dengan turunnya hujan:
1.Tanda Keberkahan dan Kemakmuran
Beberapa orang percaya bahwa hujan pada hari Cap Go Meh melambangkan berkah dan kemakmuran.
Hujan yang turun di hari perayaan ini bisa dianggap sebagai pertanda bahwa tahun yang baru akan penuh dengan rezeki dan kelimpahan, baik secara finansial maupun dalam hal kebahagiaan. Dalam budaya Tionghoa, air sering dikaitkan dengan kelimpahan dan kesuburan.
2.Melambangkan Penyucian dan Pembersihan
Hujan juga bisa dilihat sebagai simbol penyucian dan pembersihan, menghapuskan hal-hal negatif dari tahun sebelumnya.
Ini memberi kesempatan bagi orang-orang untuk memulai tahun baru dengan keadaan yang lebih bersih dan lebih baik, baik dalam hal pikiran, hati, maupun hubungan sosial.
Dalam konteks Cap Go Meh, hujan bisa dianggap sebagai kesempatan untuk merayakan pembaruan dan pertumbuhan.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di: