
Fajar.co.id, Jakarta -- Metode Iqro’ berhasil menyederhanakan pembelajaran Al-Qur’an. Metode ini diterima luas di Indonesia serta negara-negara seperti Malaysia dan Singapura.
160.000 lebih Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) dan TPQ menggunakan metode ini, menjadikannya standar pendidikan membaca Al-Qur’an modern.
Tetapi, tahukah Anda siapa pengarang buku yang telah banyak membantu umat Islam di Asia Tenggara ini mampu membaca Alquran dan bahkan memahami isinya?
Dia adalah KH As’ad Humam, seorang ulama yang bertumbuh dari rahim Muhammadiyah. As'ad Humam lahir di Yogyakarta pada 1933, anak kedua dari tujuh bersaudara. Dia besar di keluarga Muhammadiyah yang sangat religius.
Sang Ayah, H. Humam Siradj, adalah pedagang sukses di Pasar Bringharjo. Ada pun ibunya menanamkan nilai-nilai keagamaan sejak dini.
Pendidikan formalnya dimulai di SD Muhammadiyah Kleco, kemudian SMP Negeri di Ngawi. As'ad muda kemudian melanjutkan ke Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta hingga kelas II.
Sebuah kecelakaan saat memanjat pohon menyebabkan tulang belakangnya mengalami pengapuran. Kecelakaan itu terjadi pada 1963. Peristiwa itu membuat As’ad sepanjang hidupnya harus duduk dalam salat dan memiliki keterbatasan gerak, namun hal ini tidak menghentikan semangatnya untuk belajar dan mengajar.
Namun, insiden tersebut justru menjadi titik balik yang mendorongnya fokus pada pendidikan Al-Qur’an. Ia menyadari banyak anak-anak kesulitan membaca Al-Qur’an dengan metode konvensional yang panjang dan membingungkan. Bersama KH Dachlan Salim Zarkasyi, As’ad mencoba mengembangkan metode cepat membaca Al-Qur’an, namun perbedaan pendapat membuat keduanya bergerak sendiri-sendiri.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di: