
FAJAR.CO.ID, MAKASSAR - Sebagai partai kader yang besar dan terbuka, Musda Golkar selalu menjadi panggung tarung bebas bagi para kader.
Pakar politik Universitas Hasanuddin, Prof Sukri Tamma menilai, sejauh ini Golkar dikenal sebagai partai besar yang punya banyak pengalaman.
Sehingga, jika memang tidak ada diskresi yang diberikan DPP kepada figur tertentu, maka tarung bebas sangat mungkin terjadi.
"Karena kalau kita melihat figur yang muncul, saya rasa semuanya hampir sama. Artinya, tidak ada satu figur pun yang dominan terlalu jauh," ujarnya kepada FAJAR, baru-baru ini.
Lebih lanjut dia mengatakan, secara kefiguran, dia menilai Taufan Pawe dan Munafri cukup bagus. Akan tetapi, posisi Taufan Pawe sebagai petahana cukup diunggulkan.
Mengingat, dia masih punya kekuatan untuk melanjutkan kepemimpinannya.
"Apalagi Pak TP kan cukup berhasil juga. Meski beberapa pihak menyoroti hilangnya kusi Ketua DPRDSulsel, tetapi kan kursinya bertambah. Selain itu, Pak TP juga yang mewakili DPD II Golkar Sulsel untuk menyampaikan dukungan kepada Bahlil saat Munas," terangnya.
Namun begitu, kehilangan kursi DPRD Sulsel dan beberapa daerah perlu menjadi catatan. Sebab, itu bisa saja dinilai sebagai kegagalan oleh DPP, terlebih lagi ada riak-riak gejolak adri DPD II yang sempat tercium akibat ketidakpuasan meeka atas kepemimpinan Taufan Pawe.
"Tetapi kan bisa saja dukungan itu memang murni diberikan DPD II bukan karena melihat Pak Tfan Pawenya, tetapi karena DPD II mau mendukung Bahlil. Jadi bisa saja siapa pun Ketua DPD I-nya, 25 suara itu tetap saja untuk Bahlil," terangnya.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di: