
Oleh: A. Nadia Amalina
(Pelajar)
Pernah nggak kamu lagi berdiri di tepi pantai, lalu angin sepoi-sepoi tiba-tiba menerpa wajah? Rasanya adem, tenang, dan bikin hati damai. Tapi di balik rasa sejuk itu, pernahkah kamu membayangkan, apa sih yang sebenarnya terjadi sampai angin bisa muncul? Jawabannya ternyata cukup sederhana, tapi prosesnya luar biasa menarik.
Angin pada dasarnya adalah udara yang bergerak. Ia tercipta karena dua faktor utama: rotasi bumi dan perbedaan tekanan udara di sekitarnya. Udara selalu mengalir dari daerah bertekanan tinggi menuju daerah bertekanan rendah. Proses ini terjadi tanpa henti, dan hasilnya adalah hembusan angin yang setiap hari kita rasakan, entah di halaman sekolah, di jalanan kota, di pantai, atau bahkan di puncak gunung.
Ketika udara dipanaskan, ia memuai dan menjadi lebih ringan. Udara ringan itu lalu naik ke atas, meninggalkan ruang kosong di bawahnya. Udara dingin di sekitarnya yang lebih berat segera turun untuk mengisi ruang kosong itu.
Siklus ini terjadi terus-menerus, naik-turunnya udara panas dan dingin inilah yang dikenal dengan nama konveksi. Jadi, setiap kali kamu merasakan angin bertiup, sebenarnya kamu sedang jadi saksi dari “pertarungan abadi” antara udara panas dan udara dingin.
Fenomena angin bisa dilihat jelas di kehidupan sehari-hari. Di daerah pantai misalnya, siang hari udara laut yang lebih dingin bertiup ke daratan, membuat suasana pantai terasa sejuk meski matahari terik.
Tapi saat malam tiba, arah angin berbalik: dari daratan menuju laut. Angin darat inilah yang sejak dulu dimanfaatkan para nelayan untuk melaut. Perjalanan mereka terbantu oleh kekuatan angin, bahkan sebelum mesin kapal ditemukan.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di: