
FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Pegiat media sosial, Herwin Sudikta, membongkar jurang ketimpangan yang kian menganga di Indonesia.
Dikatakan Herwin, kondisi negeri saat ini justru memperlihatkan potret "Indonesia Gelap" di balik klaim kebangkitan nasional.
Herwin menyinggung gaji fantastis yang diterima para komisaris Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yang bisa mencapai ratusan miliar rupiah per tahun.
"Di negeri yang katanya sedang bangkit, rakyatnya masih berebut beras murah. UMR cuma cukup buat bayar kos dan cicilan motor," ujar Herwin kepada fajar.co.id, Senin (18/8/2025).
Ia menambahkan, para petani justru sering dipaksa merugi, sementara banyak mahasiswa harus berhenti kuliah karena terbentur biaya pendidikan.
"Petani dipaksa rugi, mahasiswa putus kuliah karena biaya," sebutnya.
Namun di sisi lain, kata Herwin, para komisaris BUMN dapat hidup bergelimang fasilitas.
"Rapat sebulan sekali, tanda tangan basah, lalu pulang bawa bonus," Herwin menuturkan.
Herwin menegaskan, potret itu merupakan wajah nyata ketidakadilan yang dialami masyarakat kecil.
"Inilah potret Indonesia Gelap, kemewahan segelintir orang yang disulap jadi prestasi, di tengah rakyat yang semakin terhimpit," tegasnya.
Herwin kemudian melepaskan pertanyaan menohok kepada publik yang ramai-ramai mendukung pasangan Prabowo-Gibran di Pilpres 2024 lalu.
"Kalian masih mau pura-pura percaya bahwa ini adil?," tandasnya.
(Muhsin/fajar)
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di: