
FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Ekonom asal Universitas Indonesia (UI) mempertegas kekhawatiran publik soal data Badan Pusat Statistik (BPS). Mereka membeberkan fakta kejanggalan data pertumbuhan ekonomi yang dirilis BPS itu.
Ekonom tersebut tergabung dalam Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI). Mereka menyoal data pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2025 yang disebut BPS 5,12 persen.
LPEM FEB UI, Celios, sebelumnya juga meminta Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) mengaudit data itu. Karena dianggap ada kejanggalan dengan realitas.
“Kita juga sangat menantikan klarifikasi yang lebih detail karena sekali lagi data kuartal II-2025 itu adalah pertumbuhan ekonomi yang anomali, karena banyak pertanyaan yang kita sendiri pun susah menjawabnya," kata Wakil Kepala LPEM FEB UI Bidang Penelitian Jahen F. Rezki dalam podcast LPEM FEB UI, dikutip Kamis (14/8/2025).
Mereka memaparkan, mulai dari sisi konsumsi rumah tangga. Itu komponen terbesar pendorong pertumbuhan ekonomi, meski tumbuhnya tak begitu cepat pada kuartal II-2025, mampu tumbuh jauh lebih kencang ketimbang kuartal I-2025 yang penuh dengan faktor musiman, seperti Ramadan dan Lebaran 2025.
Sementara BPS menunjukkan data konsumsi rumah tangga pada kuartal II-2025 yang menyumbang 54,25% terhadap PDB mampu tumbuh 4,97% yoy. Itu naik dari laju pertumbuhan kuartal I-2025 yang sebesar 4,95%, demikian juga dibanding kuartal II-2024 sebesar 4,93%.
Menurut mereka, memang pemerintah kala itu gencar menggelontorkan insentif ekonomi. Namun, masalahnya indikator pajak yang selalu beriringan dengan konsumsi masyarakat, yakni pajak pertambahan nilai atau PPN malah turun pada periode itu.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di: