
FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti Indonesia Corruption Watch (ICW), Diky Anandya, menerima ancaman akan dihabisi setelah mengkritik kebijakan mantan Presiden Jokowi.
Ancaman tersebut mendapat perhatian dari berbagai pihak, termasuk pegiat media sosial (Medsos) Lia Amalia yang turut memberikan komentarnya.
Lia menyoroti tren ancaman kekerasan yang terjadi belakangan ini, mengaitkannya dengan kasus-kasus sebelumnya.
"Waduh mulai ngancam mengancam nih, kemarin ngancam bom ke OCCRP. Sekarang peneliti ICW dapat ancaman pembunuhan," ujar Lia dalam keterangannya di X @liaasister (13/1/2025).
Ia juga mengkritik penggunaan kekerasan sebagai respons terhadap kritik.
"Doyan banget sih pakai kekerasan? Yang ngajari siapa sih? Apa junjungannya? Duh," cetusnya.
Dikatakan Lia, ancaman-ancaman ini justru memperkuat persepsi publik bahwa tudingan terhadap pemerintah terkait korupsi bukanlah hal yang tanpa dasar.
"Sebenarnya ancaman-ancaman ini malah membuat rakyat semakin yakin kalau dia itu memang benar benar korup," Lia menuturkan.
Lia bilang, jika pihak Jokowi merasa data yang disajikan OCCRP keliru, maka tidak akan lahir ancaman demi ancaman kepada mereka yang kritis.
"Kalau enggak merasa korup, kenapa sampai kepanasan begini?," tandasnya.
Sebelumnya, Peneliti Indonesia Corruption Watch (ICW), Diky Anandya, disebut menerima ancaman akan dihabisi setelah menjadi korban doxing oleh akun anonim di media sosial.
Ancaman ini muncul setelah Diky mengomentari masuknya Presiden ke-7 Jokowi dalam nominasi tokoh terkorup versi Organize Crime and Corruption Reporting Project (OCCRP).
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di: