Herwin Sudikta Bongkar Risiko BBM Campur Etanol: Produksi Belum Stabil, Rakyat Bisa Jadi Korban

3 hours ago 6
Pegiat media sosial, Herwin Sudikta

FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Pegiat media sosial, Herwin Sudikta, turut merespons langkah Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia, yang mewajibkan pencampuran BBM dengan etanol.

Ia menilai kebijakan tersebut tidak didasarkan pada kajian teknis yang matang.

“Kebijakan energi mestinya berbasis data, bukan asal bicara. Inilah akibat dari menteri yang tidak paham tentang ESDM," ujar Herwin kepada fajar.co.id, Kamis (9/10/2025).

Dikatakan Herwin, kebijakan energi semestinya dibuat berdasarkan data, bukan sekadar pernyataan spontan.

"Hasilnya bukan kebijakan tapi kebingungan nasional yang dibotolkan,” sebutnya.

Ia mengakui bahwa penggunaan etanol memang berpotensi menekan impor bahan bakar fosil.

Namun, kata Herwin, pemerintah perlu menghitung dengan cermat dampak kebijakan itu terhadap performa mesin kendaraan, sistem distribusi, hingga biaya produksi bahan bakar.

“Etanol memang bisa mengurangi impor bahan bakar fosil, tapi efeknya terhadap performa mesin, distribusi, dan harga produksi harus dihitung matang,” tukasnya.

Lebih lanjut, Herwin mengatakan bahwa kapasitas produksi bioetanol dalam negeri saat ini belum stabil.

Ia khawatir, kebijakan itu justru membuka peluang impor etanol yang berlawanan dengan tujuan awal untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar luar negeri.

“Kenapa harus dihitung matang? Karena kapasitas produksi bioetanol dalam negeri belum stabil," imbuhnya.

"Yang ada malah berujung pada impor etanol, yang justru bertolak belakang dengan alasan mengurangi impor,” tandasnya.

Herwin juga bilang, kebijakan tersebut lebih berpotensi merugikan masyarakat ketimbang memberikan manfaat nyata.

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:

Read Entire Article
Rakyat news| | | |