
FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Direktur Eksekutif Jaringan Moderat Indonesia (JMI) Islah Bahrawi mengungkit revolusi Rumania. Ia menceritakan bagaimana kisah tumbangnya Nicolae Ceausescu.
“Nicolae Ceausescu, presiden Rumania yang berkuasa sejak 1974, terlalu percaya diri dengan dukungan penuh dari tentara, koalisi politik Partai Komunis Rumania (PCR) dan media massa,” tuturnya, dikutip dari unggahannya di X, Selasa (18/2/2025).
Karena dukungan dari militer dan partai itu. Sang presiden selama berkuasa sangat sombong.
“Dia merasa sangat kuat, hingga membuatnya jadi diktator yang super jumawa,” ujarnya.
Penyair Rumania, Marin Sorescu, menulis: "batuknya adalah perintah membungkam, teriakannya adalah perintah melenyapkan, dan humornya adalah pembantaian!"
Lalu pada tanggal 21 Desember 1989, rakyat sipil bergerak. Mereka tak mampu lagi untuk bersabar.
“Revolusi terjadi. Tentara terbelah. Akhirnya, sebagian besar tentara dan anggota partai bergabung bersama rakyat akibat kekecewaan yang tertimbun sejak lama — Ceausescu selama ini hanya memanjakan segelintir orang saja,” imbuhnya.
Saat itu, Ceausescu ditangkap dalam pelarian. Ia lalu diaduli secara darurat, kemudian ditembak mati bersama isterinya persis di hari Natal, 25 Desember 1989.
“Revolusi itu berlangsung cepat. Hanya berselang 4 hari dari masa ketika sang diktator masih sempat ‘diberhalakan’ oleh tentara dan elit politik dalam orasi kenegaraan di alun-alun Piata Palatului, Bukarest,” tulis Islah.
Dari kisah itu, Islah memetik pelajaran penting. Bahwa sekuat apapun kekuasaan tidak boleh jumawa.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di: