Iman Zanatul Haeri
FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Pernyataan Mendikdasmen, Abdul Mu’ti, soal jebloknya nilai Matematika siswa SMA sederajat di Tes Kemampuan Akademik (TKA) 2025 ikut ditanggapi Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G).
P2G menganggap persoalan ini tak bisa hanya dilimpahkan pada buku atau cara guru mengajar.
Kepala Bidang Advokasi Guru P2G, Iman Zanatul Haeri, mengingatkan bahwa rendahnya capaian Matematika bukan hal baru.
Baik dalam asesmen internasional maupun nasional, trennya selalu sama.
“Perlu diketahui nilai matematika anak Indonesia konsisten jeblok menurut PISA maupun AKM,” ujar Iman di X @zanatul_91 (25/11/2025).
Ia kemudian menyinggung kemungkinan lain yang menurutnya perlu dibuka ke publik, apakah kurikulum dan soal TKA benar-benar sejalan atau justru tidak sinkron.
“Untuk TKA, bisakah kita terbuka. Apakah lingkup materi pada CP Kurikulum Matematika dan soal pada TKA itu sudah sesuai?," tegasnya.
Iman menambahkan, sebelum menyimpulkan penyebab rendahnya nilai hanya dari faktor pembelajaran, penting bagi pemerintah memastikan bahwa asesmen yang diujikan selaras dengan capaian pembelajaran yang berlaku.
"Atau jangan-jangan tidak sinkron?," tandasnya.
Menurutnya, ketidaksinkronan materi bisa membuat guru dan siswa seolah disalahkan, padahal masalahnya berada pada desain evaluasi.
Ia berharap Kemendikdasmen membuka data dan melakukan audit menyeluruh agar persoalan rendahnya capaian Matematika tidak terus berulang dari tahun ke tahun.
Sebelumnya diketahui, Abdul Mu'ti menyatakan, ada faktor yang menyebabkan jeblok atau penurunan Matematika bagi para siswa SMA.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:

















































