Ketua Biro Ideologi dan Kaderisasi DPW Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Bali, Dedy Nur.
FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Pernyataan mantan dosen Hukum Pidana Universitas Indonesia, Teuku Nasrullah, yang menyarankan agar Presiden ke-7 RI, Jokowi, duduk bersama Roy Suryo dan menunjukkan ijazah aslinya untuk mengakhiri polemik, langsung mendapat respons dari kader PSI, Dedy Nur.
Dedy menganggap usulan tersebut tidak masuk akal dan justru menempatkan Jokowi dalam posisi yang keliru.
Ia menyebut cara berpikir seperti itu sebagai jebakan logika yang menyesatkan.
"Ini logika yang sesat, menuding seseorang ber ijasah palsu tapi di waktu yang bersamaan meminta agar yang dituding menunjukkan ijasah Aslinya," ujar Dedy di X @DedynurPalakka (16/11/2025).
Dikatakan Dedy, Jokowi selama ini dikenal sebagai sosok yang baik, dan memaksa seorang tokoh yang dituding tanpa dasar untuk membuktikan dirinya tidak bersalah merupakan tindakan yang tidak adil.
“Jokowi orang baik, tapi memaksa orang baik ini untuk memenuhi tuduhan dari geng TIRORiS (Roy Suryo Cs, red) adalah kesalahan berpikir serius," sebutnya.
Dedy kemudian menyinggung perspektif reputasi dalam dunia kekuasaan.
Ia merujuk teori dalam buku terkenal yang kerap dibahas di kalangan politik.
“Beliau ini (Teuku Nasrullah) mungkin belum pernah baca hukum ke 5 dari buku Power karya Robert Greene, bunyinya kira-kira begini, begitu banyak hal di dunia manusia itu sangat tergantung pada reputas, jagalah reputasi anda dengan nyawa Anda," bebernya.
Ia meminta semua pihak melihat persoalan ini dari sisi yang lebih luas, termasuk potensi rusaknya kehormatan seorang mantan presiden jika harus meladeni tuduhan yang disebarkan pihak yang ia sebut tidak memiliki integritas.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
















































