FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Polemik terkait tulisan “Bantuan Presiden untuk Korban Bencana Alam” pada karung bantuan yang beredar di lokasi banjir besar Sumatra terus memicu perdebatan di ruang publik.
Sejumlah tokoh menyampaikan pandangannya, salah satunya Cendekiawan Nahdlatul Ulama (NU), Ustaz Hilmi Firdausi.
Ia mengatakan bahwa pemerintah semestinya lebih sensitif terhadap kondisi psikologis warga terdampak.
UHF, akronim namanya, menegaskan bahwa selama ini masyarakat Indonesia dikenal sangat peduli pada sesama, terlebih ketika bencana terjadi di berbagai daerah.
Ia menyinggung pola bantuan dari publik dan influencer yang biasanya atas nama masyarakat Indonesia secara kolektif, tanpa memberi kesan menonjolkan individu tertentu.
"Kalau bantuan influencer, hasil fundraising, bisa mengatasnamakan masyarakat Indonesia,” ujar UHF di X @hilmi28 (4/12/2025).
UHF kemudian membandingkan dengan bantuan dari pemerintah yang menurutnya semestinya tidak memberi kesan personalisasi, terlebih jika bersumber dari anggaran negara.
Ia menegaskan bahwa penggunaan dana publik seharusnya memprioritaskan transparansi dan kesederhanaan.
“Harusnya bantuan pemerintah juga bisa seperti itu selama menggunakan dana APBN, tanpa embel-embel foto,” tandasnya.
Sebelumnya, warga Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat, yang terdampak bencana hidrometeorologi, telah menerima bantuan sembako dari Presiden RI Prabowo Subianto.
Bantuan tersebut disalurkan melalui Kepala Korong atau Ketua RT agar pembagiannya merata kepada seluruh warga yang membutuhkan.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:

















































