
FAJAR.CO.ID, BANTEN -- Kasus penamparan siswa SMAN 1 Cimarga, Banten oleh kepala sekolah karena ketahuan merokok di sekolah menuai pro kontra.
Sejumlah pihak cenderung membela guru karena tindakan itu dinilai sebagai upaya mendisiplinkan siswa dari pelanggaran terhadap larangan merokok di lingkungan sekolah, namun tidak sedikut juga membela siswa tersebut karena alasan anti kekerasan.
Tidak hanya itu, ratusan siswa di sekolah tersebut ikut-ikutan mogok dan membela temannya yang ditampar oleh kepala sekolah. Para siswa itu bahkan menyerukan agar sang kepala sekolah dilengserkan.
Selain pro kontra terkait perlakuan guru terhadap siswa, juga terjadi perdebatan soal respons orang tua siswa tersebut yang dengan tegas memprotes perlakuan guru terhadap anaknya.
Pengamat politik, Rocky Gerung ikut bersuara terkait respons siswa SMAN 1 Cimarga yang memilih mogok karena menentang sikap gurunya terhadap temannya.
Rocky Gerung mengatakan, tidak boleh ada tindak kekerasan pada murid yang membela temannya.
Menurutnya, siswa yang mogok sekolah bukan membela murid yang merokok, tapi membela murid dari tindakan si guru.
“Jadi kita terjebak pada suasana dia merokok bela guru benar. Tidak, dia salah merokok. Tapi yang dibela si teman-temannya adalah hak si murid itu untuk tidak disiksa oleh si guru,” ujarmya seperti dikutip.
“Tentu saja dia salah karena merokok tapi tindakan lebih salah lagi adalah tindakan si guru. Ini menunjukkan bahwa kemarahan massal itu tanpa berpikir lagi,” lanjutnya.
Ditegaskan, setiap tindakan yang sudah diatur sekolah hanya perlu dijelaskan. Apakah perlu dikeluarkan muridnya soal disiplin. Tapi kekerasan tidak boleh ditunjukkan ke muridnya.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di: