
FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Menteri BUMN Erick Thohir mengingatkan agar jangan sampai Indonesia mengalami ketergantungan impor Liquefied Petroleum Gas (LPG) dari Amerika Serikat.
Menurut Erick, saat ini 57 persen impor LPG Indonesia berasal dari Amerika Serikat (AS).
"Ini yang tentu kami lagi memohon pertimbangkan, karena jangan sampai juga kalau sampai ketergantungannya terlalu maksimal," ujarnya di Jakarta, Selasa.
Kalau tiba-tiba dari pihak Amerika sedang ada kendala, lanjutnya, misal terjadi bencana alam atau rantai pasoknya terganggu, maka Indonesia dikhawatirkan akan mengalami kesulitan karena tidak memiliki alternatif negara lain sebagai pengganti yang bisa memasok kebutuhan LPG di dalam negeri.
"Ini mungkin yang kemarin kita cukup berhati-hati," katanya.
Kendati demikian Erick menyampaikan bahwa untuk impor minyak mentah (crude oil) dari AS masih memiliki peluang untuk ditingkatkan.
"Kalau minyak mentah hari ini kita baru 4 persen impor dari AS. Artinya kita bisa shifting kebutuhan crude oil kita dibandingkan misalnya LPG," katanya.
Terkait hal Ini tentunya masih dalam tahap yang belum diputuskan, apakah nantinya Indonesia bisa menaikkan jumlah impor minyak mentah dari 4 persen misalnya ke 25-30 persen dari AS.
"Tentu ini yang balance antara transaksi perdagangan ini yang kita jaga. Jangan sampai kita didominasi kebutuhan oleh satu negara," kata Erick.
Sebagai informasi, Pemerintah Indonesia berencana meningkatkan impor komoditas energi dari Amerika Serikat (AS) sebagai bagian dari strategi menyeimbangkan neraca perdagangan antara kedua negara.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di: