FAJAR.CO.ID -- Harga nikel anjlok lagi tahun ini. Selain faktor pasokan berlebih dan permintaan yang menurun, penurunan signifikan harga nikel juga imbas kebijakan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang mencabut keringanan pajak konsumen untuk setiap pembelian kendaraan listrik.
Pemerintah Amerika Serikat sebelumnya punya kebijakan pro electric vehicles (EV) atau mobil listrik. Presiden Trum kemudian mencabut keringanan pajak konsumen sebesar 7.500 Dolar Amerika Serikat untuk setiap pembelian kendaraan listrik.
Trump menghentikan mandat adaptasi kendaraan berbasis energi hijau setelah dilantik menjadi presiden. Kebijakan adaptasi kendaraan listrik ini diinisiasi oleh presiden AS sebelumnya, Joe Biden.
Alasan Trum mencabut mandat kendaraan listrik karena tidak mendukung industri otomotif AS yang memproduksi kendaraan-kendaraan berbasis bahan bakar minyak (BBM).
Harga nikel spot ditutup pada level USD 15.180,39 per metrik ton pada Kamis (30/1). Penurunannya sekitar 0,65 persen dari sehari sebelumnya yang ada di USD 15.280,46 per metrik ton.
Harga nikel ini turun 4,44 persen dari level tertingginya yang dicapai pada Jumat (17/1) di level USD 15.885,58 per metrik ton. Anjloknya harga nikel telah terjadi sejak awal tahun sekitar 0,46 persen.
Harga nikel dunia anjlok sejak 2023 dan terus berlanjut hingga 2024 dan awal 2025 tahun ini. Stok atau pasokan nikel yang berlimpah memicu anjloknya komoditas yang kini menjadi unggulan Indonesia melalui program hilirisasi nikel.
Tahun lalu, Australia juga telah berupaya memangkas produksi nikel, tetapi tidak cukup untuk menstabilkan harga. Penurunan signifikan harga nikel yang terus menerus terjadi setiap tahun tidak hanya akibat pasokan yang berlebih, tetapi juga permintaan yang lemah dan ketidakpastian ekonomi global.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di: