
Fajar.co.id, Jakarta -- Peristiwa di Pati merupakan pemantik gerakan nasional yang lebih besar karena dipicu kenaikan pajak seenaknya oleh penguasa.
Jika pemerintah terus menerus bersikap arogan terhadap rakyat hingga membuat muak, maka peristiwa serupa secara nasional bisa saja terjadi.
Pandangan tersebut disampaikan peneliti ISEAS, Made Supriatma. Dikutip dari tulisan di akun media sosialnya, Made menyebut bahwa isu yang terjadi di Pati sama saja dengan yang diprotes rakyat secara nasional, yaitu pajak.
"Apa yang terjadi di Pati, sudah pasti membuat panik Jakarta. Tidak saja demonstrasi yang besar, tapi juga isinya, dan gaungnya. Isunya adalah pajak," tulis Made dikutip Kamis (14/8/2025).
Pemerintahan Prabowo-Gibran, kata Made, sangat bersemangat mengejar kantong rakyat. Sri Mulyani memajaki rakyat di setiap tikungan. Tidak ada yang bebas pajak. Dari parkir hingga kondangan, dari beli kolor sampai jual tanah. Belum lagi warisan dan rokok.
"Saya sangat yakin bahwa mereka sangat nervous melihat perkembangan ini," sambungnya.
Pati bisa menjadi ‘template’ membangun gerakan dalam skala nasional. Apa yang terjadi di tingkat lokal seperti Pati tidak jauh dari tingkat nasional. Pejabat-pejabat dengan arogan berceloteh tanpa mempertimbangkan suara rakyat.
"Saya bertemu dengan beberapa pegawai daerah. Jelas mereka sekarang harus mencari semua celah untuk menutup keuangan daerah yang bolong. Jakarta memotong anggaran habis-habisan. Tidak itu saja. Akibat UU Ciptaker atau Omnibus Law mengambil alih pemberian izin ke pusat," beber Made.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di: