
FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Bupati Pati Sudewo didesak mundur dari jabatannya. Hal itu merupakan buntut dari kebijakan pajak yang dinaikkan menjadi 250 persen, meski kini telah diubah.
Pengamat Rocky Gerung menyebut gerakan masyarakat ini lebih dari sekadar keresahan terhadap simpati tapi ekspresi publik tentang keadaan ekonomi diwakili keadaan di Pati.
“Resonansinya terasa secara nasional. Tapi memang ada faktor objektif yaitu kesulitan ekonomi. Jadi kalau kita pelajari sedikit tentang revolusi sosial selalu dimulai dengan faktor picu, apa itu, tentu saja dengan pajak yang naik tanpa riset,” kata Rocky dalam kanal YouTubenya dikutip Kamis, (14/8/2025).
Menurutnya, bukan hanya bupati yang tidak peka, tapi tidak paham dengan apa yang harus dilakukan dengan krisis ekonomi yang terkait dengan kondisi nasional.
Disebutkan bahwa keadaan di Pati menunjukkan perlawanan rakyat itu tak mungkin dilawan.
“Apalagi kalau ada arogansi dari pejabat yang seolah-olah merasa hebat lalu menantang rakyat, ‘silakan turunin 50 ribu’,” ujarnya.
Rocky Gerung menyebut demo masyarakat tersebut menjadi pelajaran pertama untuk membaca bahwa demokrasi kita sedang ditagih keseriusannya dengan menghormati suara rakyat.
“Jadi tidak ada alasan Bupati mengatakan bahwa saya dipilih oleh masih di atas 50 persen. Tetapi begitu ada kebijakan yang oleh rakyat dianggap merugikan, memberatkan atau memiskinkan, maka kemarahan itu adalah jalan keluar. Jadi kemarahan rakyat itu harus dianggap sebagai pesan langit bahwa kesemestaan yang diberikan melalui harapan itu akan ditagih dari hari ke hari,” tutur Filsuf ini.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di: