FAJAR.CO.ID - Banyak orang yang baru memulai kebiasaan berlari sering merasa cepat lelah, napas tersengal, dan otot terasa pegal. Namun, bagi mereka yang sudah terbiasa, berlari terasa lebih ringan dan tidak membuat tubuh cepat capek. Fenomena ini bukan sekadar kebetulan, melainkan hasil dari adaptasi tubuh terhadap aktivitas fisik yang dilakukan secara rutin.
1. Peningkatan Kapasitas Kardiovaskular
Salah satu alasan utama mengapa tubuh lebih kuat setelah sering berlari adalah peningkatan kapasitas jantung dan paru-paru. Saat seseorang mulai rutin berlari, jantung beradaptasi dengan memompa lebih banyak darah ke seluruh tubuh, meningkatkan suplai oksigen ke otot. Paru-paru pun bekerja lebih efisien dalam menyerap oksigen dan membuang karbon dioksida, sehingga tubuh tidak mudah lelah.
2. Adaptasi Otot dan Efisiensi Gerakan
Pada awalnya, otot-otot yang jarang digunakan saat berlari akan terasa pegal karena harus bekerja keras. Namun, seiring berjalannya waktu, otot-otot utama seperti paha, betis, dan otot inti menjadi lebih kuat dan efisien. Tubuh juga belajar menggunakan energi dengan lebih hemat, mengurangi pemborosan tenaga yang biasanya terjadi pada pelari pemula.
3. Efisiensi Metabolisme Energi
Tubuh manusia menggunakan glikogen (karbohidrat yang disimpan dalam otot) dan lemak sebagai sumber energi saat berlari. Pada pemula, tubuh belum terbiasa mengatur penggunaan energi, sehingga cadangan cepat habis dan menyebabkan kelelahan. Namun, setelah terbiasa, tubuh akan mengoptimalkan pembakaran lemak dan glikogen, sehingga energi bertahan lebih lama.
4. Penurunan Produksi Asam Laktat
Asam laktat adalah zat yang diproduksi tubuh saat melakukan aktivitas fisik yang intens. Kadar asam laktat yang tinggi bisa menyebabkan sensasi terbakar di otot dan rasa lelah yang berlebihan. Namun, bagi pelari yang sudah terbiasa, tubuh lebih cepat membuang asam laktat dan menggunakannya kembali sebagai energi, sehingga rasa capek berkurang.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di: