
FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Ketua Partai Kebangkitan Nusantara (PKN) Anas Urbaningtum menyarankan penggunaan teori deprivasi relatif. Dalam mengelola isu kemiskinan.
“Saran kecil kepada para pengelola negara Indonesia tercintam” kata Anas dikutip dari unggahannya di X, Rabu (10/9/2025).
Ia mengatakan, data kemiskinan bisa diperdebatkan. Meski begitu, ia menyebut kemiskinan dan pengangguran menurun menurut Badan Pusat Statistik (BPS).
“Bahkan Pemerintah mempunyai target bahwa tahun 2026 kemiskinan ekstrim sudah bisa diberantas sampai titik nol,” ujarnya.
Meski begitu, Anas mengatakan angka-angka itu tidak mengubah realitas di lapangan. Yang miskin tetaplah miskin.
“Perbaikan angka kemiskinan dan pengangguran tidak otomatis mengoreksi realitas kemiskinan dan pengangguran di lapangan. Jumlah rakyat yang merasakan beban hidup berat masih cukup besar,” jelasnya.
Di sisi lain, ia menyoroti angka ketimpangan sosial. Secara statistik menurun.
“Sementara angka ketimpangan sosial juga masih tinggi. Resminya Gini Ratio turun dari 0,381 pada September 2024 menjadi 0,375 pada Maret 2025,” ucapnya.
Walau demikian, ia memberi catatan.
“Secara angka statistik, harusnya dibaca sebagai perbaikan. Secara angka statistik: perbaikan angka kemiskinan, angka pengangguran, angka ketimpangan sosial,” ujarnya.
Baginya, ada hal yang perlu dicermati. Seperti perspektif nilai rasa.
“Yang wajib dicermati adalah “perasaan ketimpangan”. Ini adalah hal ikhwal yang tidak memadai untuk diukur dan dijelaskan dengan angka-angka statistik. Perlu perspektif “nilai rasa” untuk mengukurnya,” jelasnya.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di: