
Blak-blakan, Eks Intelijen Negara: Presiden Prabowo Sedang Tersandera
FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Presiden Prabowo Subianto dinilai sedang tersandera oleh situasi saat ini.
Hal ini diungkapkan oleh Mantan Intelijen Negara, Kolonel (Purn) Sri Radjasa Chandra.
“Mau tidak mau, Prabowo harus menanggapi tuntutan 17+8 ini secara proporsional, sehingga dalam meredam kemarahan rakyat, tanpa harus mengangkat pemakzulan Gibran dan adili Jokowi,” jelas Sri Radjasa, melalui podcast Forum Keadilan TV, dikutip, Sabtu, (13/9/2025).
“Saya melihat bahwa Prabowo tersandera dengan kondisi saat ini. Dimana dia harus fokus ke 17+8, tanpa memasukkan dua tuntutan yang ada sejak lama ini,” sambungnya.
Untuk melepaskan sandera Prabowo, kita harus fokus ke personal siapa yang menyandera. Sehingga tuntutan adili Jokowi dan makzulkan Gibran jadi prioritas untuk disuarakan walaupun tidak masuk dalam 17+8 ini.
“Hanya itu jalannya kalau kita mau melepaskan Pak Prabowo dari sandera yang sedang dialami,” ujarnya.
Dia menilai banyak kepentingan yang masuk dalam tuntutan 17+8. Makanya ia tak sepakat bahwa ini berasal dari tuntutan sosial society. Karena ada kepentingan politik yang lain yang orientasinya adalah kekuasaan.
Menurutnya tak ada tuntutan dari 17+8 yang menjadi persoalan yang dihadapi publik saat ini.
Dalam pertarungan politik nasional kata dia, ada kekuatan di tataran papan atas yang memiliki syahwat kekuasaan untuk kembali, entah di 2029 atau di tengah masa pemerintahan Prabowo.
“Ini sangat jelas sekali, oleh karenanya demo yang kemarn yang berubah menjadi rusuh, inilah pola demo yang dua pihak dikendalikan. Ada perusuh dan aparat keamanan dikendalikan satu pihak. Sehingga muncul kerusuhan dalam satu waktu di tempat yang berbeda. Ini luar biasa,” tuturnya.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di: