
FAJAR.CO.ID, NANNING -- Dalam rangka mendorong transformasi industri sawit nasional ke arah yang hijau dan berkelanjutan melalui kerja sama internasional, Indonesia menyelenggarakan Dialogue For China’s Green Policy II Indonesia di sela CAEXPO–CABIS 2025 di NICEC, Guangxi.
Acara ini menghadirkan berbagai tokoh kunci sektor sawit nasional dan internasional, khususnya China, untuk membahas strategi ekspor, inovasi teknologi, dan komitmen keberlanjutan.
Hadir dan menyampaikan pandangannya, di antaranya Wakil Ketua Komite Konferensi Konsultatif Politik Rakyat Tiongkok Daerah Otonomi Zhuang Guangxi Mr Huang Junhua yang menekankan penting hubungan Indonesia-China, serta Wakil Direktur Jenderal Kantor Anti-Penyelundupan Guangxi Fu Jinming.
Acara ini diinisiasi Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) yang gencar mengkampanyekan sawit berkelanjutan. Dalam paparan sebagai keynote speaker Deputi Miftah Farid, Direktur Pengembangan Ekspor Produk Primer Kementerian Perdagangan (Kemendag), menyampaikan bahwa posisi ekspor sawit Indonesia ke China telah menunjukkan tren penting dalam peta perdagangan internasional.
“Negeri Tiongkok kini menjadi salah satu pasar penting bagi sawit Indonesia. Pada semester I 2025, China menempati posisi sebagai negara tujuan utama ekspor minyak sawit Indonesia, dengan volume sekitar 1,74 juta ton, atau sekitar 14 % dari total ekspor nasional,” ungkap Miftah Farid.
“Namun, kita tidak hanya ingin menjual volume. Kita harus mendorong hilirisasi, inovasi, dan praktik pertanian yang ramah lingkungan agar produk sawit Indonesia semakin berdaya saing di pasar global.”
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di: