
FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Guru Besar IPB, Prof Didin S Damanhuri, menilai tanda-tanda reformasi jilid II mulai tampak, salah satunya melalui reshuffle kabinet yang dilakukan Presiden Prabowo Subianto.
Dikatakan Didin, pergantian sejumlah menteri membawa respons beragam dari publik.
“Memang ini kan kompleksitas dari ekonomi politik yah. Sebuah relasi yang tidak semata-mata teknokratis tetapi hubungan antara varietas politik dan ekonomi berjalan bergelindang dengan kekuasaan, demokrasi, dan jeritan rakyat," ujar Didin dikutip dari Channel YouTube Forum Keadilan Tv (12/9/2025).
"Itu harus dalam sebuah konstruksi yang terpadu. Jadi, reshuffle misalnya menurut saya itu kan ada sedikit kegembiraan publik yah,” tambahnya.
Ia menyinggung pencopotan Budi Arie yang dinilai sudah lama didesak publik, terlebih pengadilan telah mengungkap adanya keterlibatan dalam kasus judi online. Namun, lanjut Didin, pergantian menteri lain terbilang biasa saja.
Khusus soal Purbaya Yudhi Sadewa yang menggantikan Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan, Didin melihat ada banyak interpretasi publik.
"Purbaya itu seorang insinyur dari ITB, S2 dan S3 di Amerika, lama di pasar dan korporasi, terakhir dengan Pak Luhut Binsar Pandjaitan. Pergantian Sri Mulyani kepada Purbaya ini mengandung beberapa interpretasi publik lah,” jelasnya.
Didin menilai komentar Purbaya saat menanggapi tuntutan 17+8 yang menyebut hanya sebagian kecil rakyat bersuara berpotensi memicu keresahan baru.
"Ini saya tafsirkan begini, mungkin karena belum pernah jadi menteri. Menteri itu bukan hanya jabatan demokratis tapi politis juga," sebutnya.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di: