
FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Enterpreneur, Reinhart Hermanus, merespons pernyataan Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa saat rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI di Jakarta Pusat, Rabu (10/9/2025).
Dikatakan Reinhart, penjelasan Menkeu soal arah kebijakan fiskal jauh lebih penting untuk didiskusikan ketimbang isu-isu lain yang tidak substansial.
"Gak usah habisin energi ngomongin urusan anaknya atau jawaban interview dia. Ini obrolan yang lebih berbobot, coba nilai sendiri aja," ujar Reinhart di X @reinharthermanus (11/9/2025).
Ia menjelaskan kembali poin-poin penting dari penjelasan Menkeu. Salah satunya terkait krisis 1998.
Diceritakan Reinhart, kebijakan saat itu disebut kacau balau karena suku bunga dinaikkan hingga 60 persen, namun di sisi lain pemerintah tetap melakukan pencetakan uang besar-besaran.
Reinhart juga menyebut strategi berbeda diterapkan pada krisis global 2008.
Kala itu, Purbaya memberi masukan kepada think tank Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) agar peredaran uang domestik tidak ditahan, dan membiarkan sektor swasta menggerakkan roda ekonomi.
"Worked. Growth era SBY 6 persen. Walaupun gak gencar gov spending kaya Jokowi, tapi swastanya gerak," tukasnya.
Sementara itu, lanjut Reinhart, di era Presiden Jokowi, strategi lebih banyak mengandalkan belanja pemerintah (government spending), meski pertumbuhan ekonomi berada di kisaran 5 persen.
Saat pandemi Covid-19, sempat ada potensi krisis, namun Menkeu mendorong agar dana bank sentral dikembalikan ke sistem.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di: