
FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Titiek Puspa pantas disebut legenda. Maestro musik Indonesia itu pintar, ramah, selera humor bagus, tidak angkuh, dan cantik.
Titiek Puspa adalah legenda yang sunyi. Tidak hingar bingar. Menjadi favorit tiga orde: lama, baru, dan reformasi.
Salah satu dari sekian banyak lagu ciptaannya yang ikonik dan telah menjadi bagian penting dari jalinan budaya musik Indonesia adalah Kupu-kupu Malam. Maknanya dalam tak usang dimakan zaman.
"Dosakah yang dia kerjakan?
Sucikah mereka yang datang?
Kadang dia tersenyum dalam tangis
Kadang dia menangis di dalam senyuman".
Lirik ini membuka cakrawala berpikir kita. Bahwa manusia tak elok untuk menghakimi manusia lainnya. Sekaligus menggugat kemunafikan para moralis.
Karya lagu 'Kupu-kupu Malam' menurut Titiek Puspa bukan hanya sekadar lagu.
Berdasarkan cerita yang pernah disampaikan Titiek Puspa, lagu itu adalah sebuah kisah nyata tentang rintihan dan jerit tangis seorang PSK di tengah derita prostitusi.
Kisah nyata ini diambil dari seorang perempuan yang dijuluki 'kupu-kupu malam' oleh Titiek. Lagu ini dirilis pada era 1970-an.
"Saya dulu adalah seorang istri. Suami saya pergi sama perempuan lain, saya ditinggalin, anak-anak tidak diberi apa-apa," ungkap Titiek mengenang sosok perempuan yang menginspirasi lahirnya lagu 'Kupu-kupu Malam'.
Titiek kemudian merinci peristiwa yang dialami oleh perempuan yang menjadi inspirasinya.
"Sedangkan saya waktu muda adalah orang yang dimanja hidupnya. Jadi aku tak tahu bekerja. Jadi kalau mau makan, jual ini, jual itu. Akhirnya jual rumah, akhirnya ngutang, nggak bisa bayar, dibawa dia kesana," sambungnya .
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di: