
FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Pencopotan Sri Mulyani Indrawati dari jabatan Menteri Keuangan oleh Presiden Prabowo Subianto terus menjadi perbincangan.
Apalagi pencopotan ini tidak lama setelah demo besar-besaran hingga penjarahan yang terjadi di kediamannya.
Peneliti ISEAS Yusof Ishak Institute, Made Supriatma, ikut angkat bicara dengan membagikan pengalamannya bertemu Sri Mulyani di awal 2000-an serta pandangannya soal warisan kebijakan yang ditinggalkan mantan Menkeu itu.
Made mengenang momen ketika ia melihat Sri Mulyani di sebuah acara The Asia Foundation di New York, saat bara reformasi masih terasa.
“Ketika saya datang, belum banyak orang. Saya melihat di sudut ada perempuan yang wajahnya tampak familiar. Namun dia tampak asyik membaca. Dia melirik sekilas. Tidak ada tanda atau keinginan untuk menyapa,” ujar Made di Facebook pribadinya (9/9/2025).
Dikatakan Made, gestur Sri Mulyani kala itu seolah memberi pesan “Leave me alone.” Ia mengaku mengenal sosok tersebut karena pernah melihatnya menangis di televisi setelah penembakan mahasiswa Trisakti.
"Ya, dialah Sri Mulyani Indrawati (SMI). Saat itu dia memberikan presentasi tentang ekonomi Indonesia. Tentu dengan banyak angka, tabel, dan grafik,” sebutnya.
Meski menilai Sri Mulyani sebagai sosok teknokrat profesional, Made menyebut hal itu pula yang menjadi persoalan.
"Satu kata yang selalu dipegang oleh Sri Mulyani ketika memegang keuangan negara adalah prudent, yaitu kehati-hatian,” terangnya.
Prinsip ini pernah membuat Sri Mulyani berseteru dengan konglomerat Bakrie terkait pembayaran lumpur Lapindo hingga akhirnya ia harus meninggalkan kabinet era SBY.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di: