puluhan relawan Tzu Chi dan karyawan Agung Sedayu Group bergerak serempak, mengangkat plastik, kayu, dan ranting yang terjebak di arus sungai Cisadane
FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Di tepian Sungai Cisadane, riuh suara ember, tawa, dan desir air berpadu menjadi irama pagi yang menenangkan. Sinar matahari menembus sela pepohonan bakau, memantul di permukaan air yang kini perlahan jernih.
Di sana, puluhan relawan Tzu Chi dan karyawan Agung Sedayu Group bergerak serempak, mengangkat plastik, kayu, dan ranting yang terjebak di arus.
Bagi sebagian orang, ini mungkin hanya aksi bersih-bersih biasa. Namun bagi para relawan, kegiatan yang digelar lewat program CSR PIK2 bersama River Impact Indonesia (Eco Waste Bank) ini adalah panggilan hati. Mereka percaya, setiap sampah yang terangkat berarti satu langkah kecil menyelamatkan masa depan bumi.
“Saya merasa seperti menebus kesalahan,” tutur Yohanes Pranoto, salah satu relawan yang ikut sejak pagi. “Selama ini saya juga kadang cuek buang sampah sembarangan. Tapi setelah lihat langsung betapa parahnya tumpukan di sungai, saya jadi malu sendiri.”
Sebelum program ini hadir, sebagian warga di Desa Tanjung Burung masih terbiasa membakar atau membuang sampah ke sungai. Kini, berkat pendampingan dan keberadaan Bank Sampah, masyarakat mulai belajar memilah dan mengolah. Plastik, kertas, logam, hingga bambu disortir, lalu dikirim untuk diolah menjadi produk baru yang lebih bermanfaat.
Tak ada yang heroik di sana, hanya kesadaran sederhana bahwa menjaga alam berarti menjaga kehidupan. Di akhir kegiatan, wajah-wajah lelah itu justru tampak lega. Mereka tahu, kebersihan bukan sekadar urusan estetik, tapi juga perihal moral dan masa depan bersama.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:


















































