Multiplier Effect IMIP Ubah Wajah Morowali hingga Mendunia 

4 days ago 16

MOROWALI, Indonesiasatu.id - Morowali merupakan salah satu kabupaten dari 12 kabupaten dan 1 kota di Propinsi Sulawesi Tengah. Kabupaten Morowali terdiri dari 10 kecamatan 7 kelurahan dan 126 desa dengan jumlah penduduk sekitar 190, 46 ribu jiwa hampir mencapai 200 ribu jiwa.

Morowali yang sekarang bukanlah Morowali yang dulu, Morowali yang sekarang banyak digandrungi para pengusaha raksasa, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Ibarat gadis cantik yang banyak diperebutkan pemuda untuk mendapatkannya.

Hal itu dipicu hadirnya kawasan industri tambang nikel PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) di daerah yang berjuluk Bumi Tepeasa Moroso, merubah drastis wajah Morowali. Mulai dari  pertumbuhan ekonomi hingga pembangunan bak disulap.

Sebelum industri IMIP hadir, Kabupaten Morowali jarang terdengar di tingkat nasional apalagi internasional bahkan di dalam peta satelit hampir tak tercatat. Begitupun masyarakatnya, hidup mengandalkan pertanian, perkebunan, melaut dan ada yang merotan mengandalkan hasil dari hutan. Hasilnya cukup untuk bertahan hidup, belum membuka peluang ekonomi luas.

Babak baru dimulai ketika hadirnya kawasan industri IMIP di Morowali tepatnya di wilayah Kecamatan Bahodopi pada tahun 2013, kawasan industri nikel disana berdiri perlahan tapi pasti hingga mengubah Morowali menjadi pusat hilirisasi terbesar di Asia Tenggara bahkan ke 4 di dunia sampai sekarang.

Hadirnya kawasan IMIP mengubah segalanya, kawasan yang dulunya sunyi senyap dan bahkan tanpa penerangan listrik tapi kini menjelma dari daerah pelosok menjadi kota yang tak pernah tidur nyaris menyamai Jakarta ibu kota Indonesia.

Selain itu, disana juga terjadi ledakan penduduk. Morowali yang sebelumnya hanya berpenduduk tidak kurang dari 100 ribu jiwa, tapi kini telah mencapai jumlah dua kali lipat. Untuk pekerja di kawasan IMIP saja sudah mencapai kisaran 120 ribu karyawan termasuk karyawan pabrik, kontraktor, maupun supplier.

kehadiran IMIP benar-benar memberikan Multiplier Effect mengubah berbagai sektor kehidupan. Selain peningkatan pembangunan dan ekonomi, juga berperan besar menurunkan angka pengganguran secara nasional.

Demikian halnya untuk program sosial, IMIP selalu terdepan hadir di masyarakat. Melalui dana Corporate Social Responsibility (CSR) turut andil diberbagai hal baik pendidikan, kesehatan, pertanian, kelautan dan lain-lain.

Sumbangsih IMIP terhadap negara terbilang besar, termasuk dari sisi Pendapatan Asli Daerah (PAD) maupun pajak-pajak lainnya yang disetorkan ke kas negara.

Hal ini juga sering disampaikan pihak perusahaan melalui Head of Media Relations Department PT IMIP, Dedy Kurniawan di berbagai kesempatan kepada media mengatakan, tak hanya ekonomi, infrastruktur juga berkembang pesat, jalan raya, pelabuhan, hingga perumahan bermunculan baik kos-kosan, penginapan dan hotel.

Diakui Dedy bahwa Morowali dulu sepi tapi kini berubah menjadi kawasan padat dengan denyut ekonomi tinggi. Dari sisi ekonomi, ribuan lapangan kerja tercipta. Pelaku UMKM ikut tumbuh seiring meningkatnya kebutuhan masyarakat , memberdayakan masyarakat lokal, serta mendorong hilirisasi nikel yang berkelanjutan.

Kata Dedy, IMIP mencatat Hingga awal Mei 2025, perusahaan telah menyerap lebih dari 85.000 tenaga kerja lokal, dengan 95 persen di antaranya berasal dari Sulawesi. Angka ini meningkat 2, 3 persen dibanding September 2024. Tingginya serapan tenaga kerja ini tidak hanya mengurangi pengangguran, tetapi juga menekan urbanisasi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

“Kehadiran IMIP telah memicu pertumbuhan pemukiman baru di sekitar kawasan industri, yang secara bertahap mengubah wajah Morowali yang dulu sunyi senyap kini ramai penuh hiruk pikuk kehidupan menjadi kawasan yang lebih heterogen, ” kata mantan Wartawan TV One itu.

Dijelaskannya, sejak berdiri pada tahun 2013, keberadaan IMIP telah memberikan dampak langsung peningkatan PAD Morowali. Pada tahun 2023, perusahaan ini menyetor pajak dan royalti sebesar 1, 16 miliar dolar AS atau sekitar Rp18, 68 triliun. Jumlah tersebut sedikit menurun dibandingkan tahun sebelumnya. Hingga Juni 2024, PAD daerah ini mencapai Rp346, 38 miliar dan angka-angka ini bukan sekadar statistik, tetapi cerminan perubahan cepat di Morowali.

Selain dari sisi pajak, IMIP telah menggelontorkan investasi sebesar 34, 3 Miliar dolar AS atau Rp552, 23 triliun. Angka ini meningkat dari 30, 14 miliar dolar AS pada periode 2015–2023. Dari sisi ekspor, devisa yang masuk hingga November 2024 tercatat 14, 45 miliar dolar AS atau Rp232, 65 triliun.

"Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah pada triwulan I tahun 2025 mencapai 8, 69 persen, melampaui rata-rata nasional. Angka ini ditopang kuat oleh sektor industri pengolahan dan pertambangan. Dimana IMIP sendiri menjadi pemain utama, " terang Dedy.

Selain itu, lanjut Dedy, PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) Morowali juga meningkat pesat. Data Bank Indonesia (BI) Sulawesi Tengah mencatat, PDRB Morowali naik 16 persen dari tahun 2023 ke 2024, mencapai Rp173, 86 triliun. Peningkatan ini tak lepas dari aktivitas industri di IMIP dan serapan tenaga kerja yang terus bertambah.

Hal ini juga dampak dari perpindahan penduduk memicu pertumbuhan sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Tercatat hingga Februari 2024, terdapat 7.318 unit UMKM di Kecamatan Bahodopi, yang mampu menyerap lebih dari 15.523 tenaga kerja.

Melalui program kemitraan, IMIP juga berkolaborasi dengan lebih dari 200 UMKM lokal, termasuk untuk penyediaan suplai bahan makanan untuk karyawan yang bekerja di kawasan IMIP.

"Disana perputaran uang di sekitar kawasan industri mencapai Rp300 miliar per bulan, berdampak pada pendapatan perkapita penduduk, termasuk Pendapatan PAD Morowali meningkat drastis dari Rp181 miliar menjadi Rp.586 miliar dalam beberapa tahun terakhir, " ungkapnya.

Tak hanya di Kabupaten Morowali, Perubahan itu juga dirasakan langsung oleh Pemerintah Provinsi Sulteng. Melalui Kepala Bidang Pemberdayaan Koperasi dan UMKM Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Sulawesi Tengah, Irfan, menyebut keberadaan industri tambang dan smelter di Morowali membuat perekonomian masyarakat meningkat pesat.

Kata dia, ada puluh ribuan orang yang bekerja, semuanya butuh makan, sayuran, ikan, dan produk penunjang lainnya. Hal ini otomatis menggerakkan sektor UMKM berdampak pada peningkatan ekonomi masyarakat.

Menurut Irfan, perbedaan kondisi ekonomi masyarakat sebelum dan sesudah hadirnya industri sangat terasa dan jauh berbeda. Jika dulu UMKM kesulitan bersaing, kini peluang usaha semakin terbuka lebar dan semua punya peluang yang sama. 

“Peningkatannya bisa dua kali lipat bahkan berlipat-lipat, dari data Dinas Koperasi dan UMKM Sulteng mencatat, jumlah UMKM di Sulteng mencapai 171.155 unit. Khusus di Morowali terdapat 1.038 UMKM, terdiri dari 1.037 usaha mikro, dan 1 usaha menengah. Angka ini menunjukkan potensi besar yang terus berkembang seiring berputarnya roda industri di Morowali, " pungkasnya.

Morowali kini bukan lagi sekedar lumbung nikel, melainkan ruang harapan baru bagi masyarakat lokal dan nasional hingga global untuk bertumbuh bersama industri IMIP merasakan dampak maupun manfaat yang diberikan.

Salah satu pedagang sekaligus pemilik kos-kosan di Bahodopi, Om Sau sapaan akrabnya mengakui kalau saat ini kehidupan ekonominya jauh berubah dari sebelumnya, berkat dari hasil kos-kosan yang dimiliki.

Bapak tiga anak itu mengatakan, dalam sebelum dia bisa berpenghasilan sampai Rp.35 juta dari jumlah 20 petak kos-kosan yang dimiliki, belum termasuk hasil dari dagangan kios dan warung makan yang dikelola bersama istrinya.

"Alhamdulillah, kehidupan ekonomi keluarga kami lebih dari cukup. Anak-anak semua kuliah dan bisa terpenuhi segala kebutuhannya, bahkan membeli apa yang di inginkan termasuk kendaraan roda empat/mobil bisa terbeli, " tuturnya sembari mengucap rasa syukur yang tiada henti.

Demikian halnya yang dirasakan Daeng Asrul Pedagang Coto Makassar asal Makassar, jualannya laris manis setiap hari. Coto Makassar dengan merek Coto Nusantara itu setiap hari dipadati pembeli khusunya karyawan IMIP, siang malam berbondong-bondong makan di warung miliknya.

Daeng Asrul pun harus mempekerjakan karyawan di warung coto miliknya sedikitnya 5 orang untuk menghandle segala proses sehari-hari, mulai dari proses masak memasak di dapur hingga penyajian kepada pelanggannya.

Dari situ Daeng Asrul bisa berpenghasilan laba bersih Rp. 1 juta sampai 1, 5 juta/ hari. Walaupun sewa tempat dengan nilai lumayan tinggi tak masalah baginya, pendapatannya dirasa sudah sangat luar biasa dibandingkan usaha yang selama ini dilakoni di kota Makasar.

"Saya hijrah dari Makasar jualan disini, Alhamdulillah hasilnya luar biasa. Saya sudah bisa beli lokasi di Labota Bahodopi, sekaligus bangun tempat usaha warung cota Makasar, " ucapnya sembari menyodorkan semangkuk coto Makasar untuk dicicipi Wartawan media ini yang memang rasanya maknyus, rasa ingin nambah. (TAR)

Read Entire Article
Rakyat news| | | |