
FAJAR.CO.ID,JAKARTA — Pengamat Ekonomi Yanuar Rizky mewanti-wanti gagal bayar utang pemerintah Indonesia dalam tiga tahun terakhir.
Hal tersebut, kata Yanuar menurutnya sudah dibaca oleh Presiden Prabowo Subianto sebelum memulai pemerintahannya.
“Menurut saya Prabowo ketika dia akan memerintah, dia membaca bahwa untuk mengatasi utang jatuh tempo yang besarnya 3 tahun berturut-turut ini, bisa komunikasi dengan market,” kata Yanuar dikutip dari Instagram @satoe_indonesia, Kamis (11/9/2025).
Di situ, ia mengatakan Prabowo mencari jejaring untuk berkomunikasi dengan lembaga multilateral. Dalam hal ini IMF.
“Saya harus bisa berkomunikasi dengan lembaga market. Market ini siapa market makernya? Market makernya non state, actor non state. Actore ini di mana? Adanya di lembaga multilateral,” ujarnya.
Di masa itu, saat Prabowo belum menentukan Menteri Keuangan (Menkeu). Bretton Woods menunjuk Sri Mulyani sebagai Ketua Riview Bretton Woods.
“Apalagi waktu dalam posisi Pak Prabowo masih tarik menarik kabinet. Tahu-tahu IMF ulang tahun Bretton Woods, dia menunjuk Sri Mulyani sebagai Ketua Riview Bretton Woods,” paparnya.
Baginya, itu merupakan sinyal yang dikirim kepada Prabowo.
“Jadi IMF sendiri mengirimkan pesan. Mengirimkan pesan, ini orang gua,” terangnya.
Prabowo yang menangkap sinyal itu, kemudian berpikir pragmatis. Sehingga menunjuk Sri Mulyani sebagai Menkeu.
“Maksud saya, Sri Mulyani kemudian Prabowo juga pragmatis untuk mencegah mitigasi risiko,” ucapnya.
Yanuar menegaskan, tiga tahun ke depan menjadi masa yang menentukan bagi Indonesia. Jika tidak ditangani dengan baik bisa menyebabkan krisis yang sama seperti Argentina dan Meksiko di tahun 1980.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di: