
FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Dunia menyukai cerita orang miskin yang menjadi kaya. Lalu setelah kaya bagaimana? Rasulullah SAW bersabda: Sebaik-baiknya manusia adalah yang banyak menebar manfaat bagi sesamanya.
Andi Amran Sulaiman, terlahir dalam kondisi miskin minus nol. Melakoni kerja kasar hanya untuk bisa melanjutkan sekolah. Menjadi pemecah batu gunung, jual ubi, jual ikan, hingga pencuci mobil dijalaninya dengan gigih demi merubah nasib.
Cerita ini selalu ia dengungkan dalam sesi dialog maupun saat menjadi pembicara di forum resmi. Amran berupaya menebar benih inspirasi, menyalakan pemikiran anak muda, serta mengirimkan cahaya bahwa menjadi sukses semudah membalikkan telapak tangan.
Racun tikus, yang mulanya dianggap sepele menjadi titik balik kehidupannya. Hasil penelitiannya itu membantu ribuan bahkan jutaan petani dengan mudahnya membasmi hama. Dari sini pula pundi-pundi itu berdatangan. Namanya mulai diperhitungkan. Bisa jadi karena karena doa tulus dari para petani yang telah dibantunya.
Sukses membangun usaha, membuka jutaan lapangan kerja di bawah payung Tiran Grup, Andi Amran Sulaiman tak berpuas diri. Ia mengepakkan sayap lebih luas lagi dengan masuk dalam sistem pengambil kebijakan.
Dua kali ia dipercaya Presiden ke-7 RI Joko Widodo mengemban tugas menakhodai sektor pertanian. Hasilnya terpampang nyata, angka ekspor pangan meningkat tajam, petani dirajakan, harga pangan terjangkau, serta perilaku korupsi dan pungli di internal kementeriannya disapu bersih.
Maka tak heran jika Presiden Prabowo Subianto kembali memilih Amran menjadi Menteri Pertanian untuk kali ketiga. Investasi besar-besaran pun digelontorkan demi mencapai kedaulatan dan swasembada pangan.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di: