FAJAR.CO.ID, MAKASSAR -- Mengubah diri demi pasangan sering kali menjadi topik yang menarik dalam sebuah hubungan. Banyak orang berpikir bahwa perubahan ini adalah bukti cinta dan komitmen, namun apa sebenarnya dampaknya terhadap kesehatan mental kita? Psikolog Iswan Saputro mengungkapkan berbagai pertanyaan seputar apakah kita perlu mengubah diri demi pasangan dan bagaimana hal tersebut memengaruhi kehidupan emosional kita.
Mengapa Orang Mengubah Diri untuk Pasangan?
Ada beberapa alasan mengapa seseorang mungkin merasa perlu mengubah dirinya demi pasangan, mulai dari keinginan untuk mendapatkan penerimaan hingga tekanan sosial. Berikut adalah beberapa alasan umum yang mendorong seseorang untuk melakukan perubahan:
- Penerimaan dan Ekspresi Cinta Banyak orang merasa bahwa mengubah diri adalah cara untuk menunjukkan rasa cinta kepada pasangan dan untuk diterima. Ketika kita merasa bahwa pasangan memiliki harapan tertentu, kita cenderung menyesuaikan diri agar dapat memenuhi harapan tersebut.
- Rasa Tidak Percaya Diri Seseorang dengan tingkat kepercayaan diri rendah mungkin merasa bahwa perubahan dalam penampilan atau perilaku akan membantu mereka diterima lebih baik oleh pasangannya. Kadang-kadang, kebutuhan untuk memenuhi ekspektasi pasangan bisa menyebabkan perubahan yang berlebihan.
- Tekanan Sosial dan Budaya Lingkungan sosial dan budaya dapat mempengaruhi seseorang untuk mengubah diri dalam sebuah hubungan. Media sosial, misalnya, seringkali membentuk pandangan kita tentang standar hubungan ideal, yang membuat kita merasa perlu mengubah diri agar sesuai dengan persepsi tersebut.
Dampak Negatif Mengubah Diri untuk Pasangan
Namun, mengubah diri demi pasangan tidak selalu berakhir dengan bahagia. Terdapat beberapa dampak negatif yang perlu diperhatikan, antara lain:
- Kebingungan Identitas Terlalu banyak perubahan demi pasangan dapat menyebabkan seseorang kehilangan jati diri mereka. Jika terlalu banyak berusaha menyesuaikan diri dengan harapan orang lain, kita bisa menjadi bingung tentang siapa diri kita sebenarnya.
- Cemas akan Penolakan Ketika perubahan yang dilakukan tidak sejalan dengan kondisi diri yang sejati, seseorang bisa merasa cemas dan khawatir ditolak. Hal ini dapat memicu stres emosional yang berat.
- Ketidakseimbangan dalam Hubungan Jika perubahan hanya dilakukan oleh satu pihak dalam hubungan, ketidakseimbangan bisa muncul. Ini dapat menyebabkan ketidakpuasan dan konflik dalam hubungan, karena salah satu pihak merasa tidak dihargai.
Kapan Perubahan Diri Bisa Positif?
Tentu saja, perubahan dalam diri juga bisa membawa dampak positif, asalkan dilakukan dengan cara yang sehat dan saling mendukung dalam hubungan. Berikut adalah beberapa kondisi di mana perubahan bisa menjadi hal yang baik: - Perubahan yang Disepakati Bersama Ketika perubahan dilakukan bersama dan disepakati dalam hubungan, hal ini bisa memberikan motivasi yang positif. Misalnya, perubahan kebiasaan hidup sehat untuk kesejahteraan bersama atau perbaikan dalam manajemen keuangan keluarga.
- Perubahan yang Meningkatkan Nilai Kebaikan Perubahan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas diri, seperti menjadi lebih disiplin, lebih sehat, atau lebih baik dalam manajemen waktu, dapat memberi dampak positif dalam hubungan dan kehidupan pribadi.
- Perubahan Berdasarkan Kesadaran Diri Perubahan yang datang dari kesadaran diri—bukan karena tuntutan atau ekspektasi orang lain—merupakan perubahan yang paling sehat. Perubahan ini akan membuat kita merasa lebih puas dan bahagia dengan diri kita sendiri.
Mengubah diri demi pasangan adalah sebuah proses yang kompleks. Yang terpenting adalah memastikan bahwa perubahan tersebut dilakukan dengan niat yang baik dan kesadaran diri yang kuat, tanpa merusak kesehatan mental atau identitas diri. Dalam hubungan yang sehat, kedua pasangan harus saling mendukung untuk menjadi versi terbaik dari diri mereka masing-masing tanpa harus kehilangan siapa mereka sebenarnya. (Wahyuni/Fajar)
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di: