
FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Pengamat kebijakan publik Gigin Praginanto, angkat suara terkait kondisi kualitas hidup di Indonesia yang dinilainya semakin timpang dan hanya berpihak pada kalangan elite.
Pernyataan tersebut disampaikan menanggapi kabar terbaru yang menempatkan Indonesia di peringkat ke-113 dunia dalam hal kualitas hidup.
“Di Indonesia yang kini makin kapitalistik, di mana kesenjangan kaya-miskin melebar berkelanjutan, kualitas hidup yang baik didominasi kaum berduit,” ujar Gigin di X @giginpraginanto (20/5/2025).
Kata Gigin, pola pembangunan yang kapitalistik dan tidak inklusif telah memperparah ketimpangan sosial.
“Mereka yang miskin makin menderita karena kesejahteraan negara terkonsentrasi di lapisan atas,” tegasnya.
Gigin menilai, kualitas hidup seharusnya mencakup akses setara terhadap pendidikan, kesehatan, pekerjaan layak, dan lingkungan yang bersih.
Namun, faktanya, akses tersebut lebih mudah dijangkau oleh kelompok masyarakat yang memiliki modal.
Tambahnya, indeks kualitas hidup bukan sekadar angka statistik, tetapi mencerminkan realitas sosial yang timpang dan jauh dari cita-cita keadilan sosial sebagaimana diamanatkan dalam konstitusi.
Sebelumnya, lima tahun berlalu sejak pandemi COVID-19 mengguncang dunia, standar kualitas hidup global masih menunjukkan tanda-tanda pemulihan yang lamban.
Hal ini tercermin dalam laporan terbaru The Economist yang mengacu pada Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index/HDI) dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Indeks HDI sendiri merupakan indikator yang menilai kemajuan suatu negara dalam tiga aspek utama, harapan hidup, pendidikan, dan pendapatan per kapita.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di: