FAJAR.CO.ID -- Lebanon membantah laporan bahwa Israel telah memberitahu keputusan memperpanjang kehadiran pasukannya, dengan tambahan 15 hari dari jadwal semula, di lima titik perbatasan sesuai tenggat perjanjian gencatan senjata, Minggu (26/1) sebagaimana dimediasi AS.
“Informasi yang beredar di sejumlah media yang menyatakan pihak Israel telah memberitahu Lebanon bahwa mereka akan tetap berada di lima titik perbatasan selama 15 hari adalah tidak benar,” tulis pernyataan kantor media kepresidenan Lebanon.
Presiden Joseph Aoun menyampaikan kepada komite pemantau gencatan senjata bahwa ia menolak hal tersebut, menurut pernyataan itu.
“Presiden Aoun terus melakukan komunikasi internal dan eksternal dengan pihak-pihak yang terkait dengan perjanjian gencatan senjata untuk memastikan penarikan penuh pasukan Israel dari desa-desa selatan yang masih diduduki,” tambahnya.
Sebelumnya, tentara Lebanon mengumumkan dukungannya kepada penduduk kota-kota perbatasan di Lebanon selatan dalam menghadapi tentara Israel.
Setidaknya 22 orang tewas dan 124 lainnya terluka oleh pasukan Israel pada Minggu ketika warga sipil yang terlantar berusaha kembali ke rumah mereka di Lebanon selatan, menurut otoritas setempat.
Ketegangan meningkat karena tentara Israel tetap berada di wilayah Lebanon setelah tenggat waktu 60 hari untuk penarikan pasukannya dari Lebanon selatan berakhir pada Minggu.
Gencatan senjata yang rapuh telah berlangsung antara Israel dan Lebanon sejak 27 November, mengakhiri periode saling serang antara Israel dan kelompok Hizbullah yang dimulai pada 8 Oktober 2023 dan meningkat menjadi konflik besar pada 23 September 2024.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di: