
FAJAR.CO.ID, JAKARTA-- Generasi muda curhat susahnya jadi petani di Indonesia, keluhkan biaya produksi hingga lahan tani makin sempit.
Melalui akun X milik @Khanifirsyad membagikan fakta yang tengah dialaminya dilapangan semenjak memutuskan mengaplikasikan ilmunya di sektor pertanian.
"Susahnya jadi petani di Indonesia 🌶️🌽🍈, sebagai sarjana pertanian yang kini terjun langsung ke dunia pertanian, saya meras memiliki tanggungjawab moral untuk menyuarakan realitas yang dihadapi petani, ilmu dari bangku kuliah seharusnya cukup jadi bekal. Tapi kenyataannya…," tulis Khanif, dilansir X Kamis, (10/4/2025).
Ia juga mengungkapkan bahwa, menjadi petani di Indonesia bukan sekedar dial menanam dan memanen.
Namun, perkejaan ini menuntut ketahanan. mental, fisik kuat, modal besar, dan kemampuan adaptasi tingkat tinggi.
"Banyak yang menyalahkan anak muda karena enggan jadi petani. Tapi mari kita pahami dulu," lanjutnya.
Khanif kemudian memberikan rincian mengapa jadi petani itu sulit, karena adanya tantangan besar yang dihadapi dilapangan seperti berikut:
- Biaya Produksi Tinggi
Bertani butuh modal besar. Biaya buruh harian bisa Rp100/hari. Itu belum pupuk, pestisida, hingga sewa lahan. Kalau panen gagal sama dengan rugi besar.
Akses pupuk subsidi juga penuh drama. Kadang langka, kadang harus beli non subsidi yang harganya bisa 2x lipat. Kalau tanaman diserang hama/ penyakit, tambah biaya lagi.
- Harga Panen Tidak Menentu
Sudah menanam, rawat dan panen. Namun mengangetkan karena harga anjlok. Tidak ada jaminan harga jual. Kalau panen raya, harga jatuh. Kalau panen sedikit, justru yang untung besar malah tengkulak dan pedagang.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di: