Oleh: Iqbal Mochtar (Pengurus PB IDI dan Ketua Forum Dokter Peduli Ketahanan Kesehatan Bangsa)
SEJAK pertama kali menjejakkan kaki di muka bumi, manusia selalu berada dalam arus seleksi alam. Seleksi alam adalah konsepnya Charles Darwin pada abad ke-19. Konsepnya : hanya yang mampu beradaptasi dengan alam yang akan bertahan hidup.
Dahulu, kemampuan adaptasi ini bersifat biologis: yang dapat bertahan hidup adalah makhluk yang memiliki kekuatan fisik, daya tahan terhadap cuaca ekstrem atau kemampuan menghadapi kondisi alam yang sulit.
Itu cerita dulu. Dunia telah berubah. Seleksi alam yang kini kita hadapi tidak lagi berbasis fisiologis, melainkan berbasis satu elemen tunggal: uang.
Uang kini menjadi filter yang menentukan siapa yang bertahan dan siapa yang tersingkir. Tanpa uang, hampir mustahil seseorang dapat mengakses pendidikan, pekerjaan, jabatan atau bahkan memenuhi kebutuhan dasar. Artinya, tanpa uang, manusia kehilangan segala kendali akses.
Narasi kehidupan modern telah beralih dari "survival of the fittest" menjadi "survival of the richest." Dahulu, manusia bertahan hidup dengan menyesuaikan diri pada kondisi lingkungan yang keras. Kini, kita hidup di dunia yang dikendalikan oleh sistem ekonomi yang kompleks.
Seperti bagaimana makhluk di zaman purba harus berburu untuk makan, manusia modern harus "berburu uang" untuk bertahan. Bedanya, "buruan" kali ini sering kali jauh lebih sulit didapat.
Dengan uang, seseorang dapat membeli kesempatan. Tanpa uang, hidup menjadi ladang pertempuran yang berat dan penuh ketimpangan. Kata kasarnya : you have money you can live; no money, you die.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di: