Arsip - KCIC atau Whoosh memberikan diskon spesial untuk penumpang kereta cepat whoosh. (ANTARA/Rubby Jovan)
FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Analis Politik dan Pembangunan, Agus Wahid, bercerita mengenai polemik kereta cepat Whoosh yang kini tidak henti-hentinya menjadi perbincangan.
Dikatakan Agus, langkah pemerintah yang belakangan membuka opsi menutup kerugian proyek itu memunculkan banyak tanda tanya sekaligus memunculkan paradoks sikap dalam penegakan hukum.
“Pertanyaan mendasarnya, apakah kerugian Whoosh karena faktor korupsi? Inilah yang perlu ditelusuri,” kata Agus kepada fajar.co.id, Jumat (14/11/2025).
Agus mengurai bahwa catatan ketidaklayakan proyek kereta cepat sudah muncul jauh sebelum fase pembangunan, terutama dari sisi pasar.
Dua pejabat penting saat itu, Menteri Perhubungan Ignatius Jonan dan Kepala Bappenas Andrinof Chaniago, telah menyampaikan bahwa proyek tersebut tidak feasible.
Namun, menurut Agus, pandangan kritis itu justru berujung reshuffle terhadap keduanya.
Yang terjadi kemudian terbukti, serapan penumpang tak sesuai ekspektasi sehingga berdampak pada tingginya beban kerugian.
Ia juga menilai Presiden ke-7, Jokowi, kala itu menggunakan pendekatan kekuasaan secara sepihak dalam mendorong proyek tersebut, bahkan mengesampingkan catatan akademik dari para menteri.
Agus menyebut Jokowi lebih mengikuti kepentingan China ketimbang pertimbangan kementeriannya sendiri.
“Jokowi lebih manut pada titah Xi Jinping. Apapun landasannya, Jokowi telah melakukan abuse of power,” tegasnya.
Kata dia, tindakan tersebut merupakan bentuk korupsi politik yang berdampak luas pada kualitas pembangunan nasional.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:

















































