Tegukan Penutup dari Cawan Terakhir

1 day ago 12
Muliadi Saleh, Direktur Eksekutif SPASIAL, Trainer Motivator


Oleh : Muliadi Saleh, Direktur Eksekutif SPASIAL, Trainer Motivator

RAMADAN, bulan yang begitu dicinta, kini berdiri di ambang kepergiannya. Waktu telah menuntun langkahnya hingga ke ujung, dan aku, dengan hati yang bergetar, menatapnya dengan lirih. Ada kehangatan yang ingin kugenggam, ada keindahan yang enggan kulepaskan. Namun, sebagaimana segala yang datang pasti akan berlalu, Ramadhan pun mesti mengucap salam perpisahan.

Di dalam dada, rasa berkecamuk tanpa rupa. Ada kegembiraan yang menjelma cahaya, menyambut Syawal dengan tangan terbuka. Namun, ada pula kesedihan yang mengendap, seolah-olah jiwa ini belum cukup kenyang menikmati manisnya ibadah, belum cukup puas meneguk kesejukan malam-malam penuh ampunan.

Aku raih cawan itu perlahan. Tegukan terakhir ini bukan sekadar pelepas dahaga, melainkan simbol dari perjumpaan yang usai. Aku menyesapnya perlahan, merasakan tiap bulir yang menyentuh lidah, mengalir melalui tenggorokan, hingga menyatu dengan diri. Seperti Ramadhan yang meninggalkan jejaknya di sanubari, tegukan ini pun mengendap dalam ingatan.

Ketika bibirku berpisah dari cawan, hatiku lirih berbisik: Ya Rabb, andai Engkau berkenan, pertemukan aku kembali dengan bulan penuh rahmat ini. Izinkan aku merasakan lagi kesejukan yang tak tergantikan ini.

Langit malam tetap benderang, tetapi ada kekosongan yang tak bisa dijelaskan. Ramadhan telah berpamitan, meninggalkan harapan agar esok, jika takdir mengizinkan, kita kembali berjumpa. Dan di antara suka cita Syawal yang menjelang, hati ini tetap menyisakan ruang untuk merindukan bulan yang kini berlalu.
-Moel'S@30032025-

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:

Read Entire Article
Rakyat news| | | |