Yulinar Pasaribu: Sumpah Pemuda Adalah Mandat Peradaban, Pendidikan Medan Juangnya

11 hours ago 9

FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Peringatan 97 tahun Sumpah Pemuda pada 28 Oktober tahun ini membawa makna yang jauh lebih dalam dari sekadar mengenang ikrar persatuan: satu tanah air, satu bangsa, satu bahasa. Menurut Sekretaris Jenderal Palpasi Indonesia, Yulinar Havsa Pasaribu, S.H., M.H., Sumpah Pemuda kini harus dimaknai sebagai mandat peradaban bagi generasi penerus bangsa untuk meraih kemerdekaan sejati melalui ilmu pengetahuan.

Dalam refleksinya, Yulinar menegaskan bahwa pendidikan bukan sekadar aktivitas belajar mengajar, melainkan senjata utama untuk mencerdaskan dan memerdekakan pikiran.

“Siapa yang menggerakkan bangsa ketika jalan masih gelap? Sejarah menjawab: para pemuda, pelajar, mahasiswa,” tulisnya.

Ia mengutip pemikiran Mohammad Hatta yang menyebut, “pelajar dan mahasiswa di tanah air juga tidak tinggal diam, menanam dan menghidupi cita-cita yang dianjurkan oleh Perhimpunan Indonesia.”

Bagi Yulinar, ini menegaskan bahwa pemuda adalah mesin penggerak gagasan, bukan sekadar tenaga cadangan.

Lebih lanjut, ia menyoroti warisan pemikiran Ki Hadjar Dewantara yang tetap relevan lintas zaman. Pertama, dari prinsip kepemimpinan pendidikan yang sarat makna: “Ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani.”

Bagi Yulinar, prinsip ini mencerminkan desain relasi yang ideal antara kebebasan dan tanggung jawab—di mana otoritas hadir tanpa menindas, dan kebebasan dibimbing tanpa didikte.

Ia juga mengutip pandangan filosofis Ki Hadjar, “Benih-benih hidup merdeka akan tumbuh subur apabila ditaburkan melalui jalan pendidikan.”

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:

Read Entire Article
Rakyat news| | | |