RAKYATPOS.COM, BANGKA BARAT – Caroline selaku PIC Konsultan Program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial (TPBIS) Perpustakaan Nasional (Perpusnas) untuk wilayah Bangka Belitung, Lampung, dan Sumatera Utara, menyambangi Perpustakaan Daerah (Perpusda) Bangka Barat.
Disamping itu, kunjungan yang dilakukan pada Senin (28/10/2024) itu, juga dalam rangka pembinaan terhadap dua Perpustakaan Desa (Perpusdes) yang ada di Bangka Barat.
Caroline mengatakan, saat ini ada lima desa full support dari Perpusnas, di luar bantuan buku. “Makanya hari ini, kita mentoring Desa Air Lintang dan Desa Rambat. Kita melakukan pembinaan ini berdasarkan base on data. Namanya Sistem Informasi Management (SIM),” katanya kepada media ini.
“Temen-temen desa dan kelurahan yang dipilih di dorong menjalankan program TPBIS. Disini kita ada 3 strategi, supaya merubah wajah perpustakaan yang selama ini perpustakaan hanya tempat gudang buku menjadi perpustakaan pusat belajar, pusat informasi dan pusat berkegiatanya masyarakat,” jelas Caroline.
Mereka, dijelaskan Caroline, di dorong untuk berkegiatan, melakukan advokasi dan melakukan duplikasi supaya perpustakaan mereka semakin dikenal baik oleh masyarakat setempat maupun stakeholder disekitar wilayah desa -desa mereka.
“Di program, kita juga untuk melihat progresnya mau provinsi, kabupaten ataupun kota dilihat sistem informasi managementnya. Di SIM, baik itu provinsi, desa dan kelurahan, TBM semua progresnya akan terlihat. Semua kegiatan perpustakaan yang dilakukan oleh perpustakaan provinsi, desa, kelurahan dan TBM semua kegiatan harus didokumentasikan serta di input ke SIM,” ujarnya.
Hal itu, menurut Caroline, menjadi salah satu mesin untuk melihat progres mereka berdasarkan kinerja mereka, sehingga Perpusnas, Bappenas dan Kemenkeu yang mengalokasikan anggaran dari APBN dapat melihatnya.
Nah, sekarang untuk melihat progres provinsi, kabupaten dan kota, termasuk desa serta kelurahan, namanya berdasarkan key performance indikator (KPI) atau indikator kinerja utama.
“Berdasarkan pantauan kami tadi, di Desa Air Lintang, kinerja mereka cukup baik, kategorinya menunjukkan warna hijau, dan komitmen kadesnya bagus. Begitu juga di Desa Rambat, semuanya sudah ada kegiatan. Jadi, berdasarkan mentoring, rata-rata yang menjalankan full support ini berjalan dengan baik,” ungkapnya.
Selanjutnya, bagaimana program TPBIS ini kedepannya sampai saat ini, pihaknya tidak berani menyatakan secara resmi TPBIS ini masih lanjut atau tidak.
“Kami masih menunggu informasi resmi dari perpustakaan nasional. Kalau pun lanjut apakah konsepnya akan sama atau tidak, kita belum bisa memastikan. Tapi ini adalah program nasional yang telah dicanangkan presiden Jokowi. Informasi yang kami dapat masih masuk Prolegnas,” ucap dia.
Harapannya, program TPBIS terus berkelanjutan. “Walaupun ternyata tidak berlanjut, temen -temen di level desa dan kelurahan sudah siap untuk menjalankan dan melanjutkan, karena perpusnas sudah banyak menggelontorkan untuk daerah supaya mandiri dan berkelanjutan,” sebut dia.
“Untuk Perpusda, saya lihat telah melakukan advokasi dengan membangun ekosistem yang baik dengan Bappeda, Diskominfo dan komunitas yang lainnya di Kabupaten Bangka Barat. Saya berterima kasih banyak kepada semua pihak yang berada di Perpusda Bangka Barat, karena sudah bersusah payah untuk kompak agar perpustakaan bertranformasi sesuai dengan kebutuhan zamannya,” tutur Carolina.
Eka Oktawianto, Kabid Pembinaan Perpustakaan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (DPK) Bangka Barat, mewakili Farouk Yohansyah Kepala DPK Bangka Barat, yang menyambut kunjungan Caroline, berharap Program TPBIS ini dapat dilanjutkan, walaupun periode kepresidenan sudah berganti ke presiden Prabowo.
Perpusda Bangka Barat, dikatakannya, telah melaksanakan kegiatan Program TPBIS ini seperti kegiatan pelatihan pembuatan snack buket tower, kerajinan kereta sorang, pendidikan life skill dan sosial skill, Genting (Implementasi nyata genre cegah stunting), pelatihan pembuatan teh Telang dan kegiatan terasi (Teras Literasi).
Itulah, kata dia, diantaranya kegiatan TPBIS dilakukan yang menyentuh dan sangat bermanfaat sekali untuk masyarakat desa dalam meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat.
“Perpustakaan itu bukan hanya tempat untuk membaca saja, tetapi sebagai tempat pembelajaran serta berkegiatan seperti dengan mengadakan kegiatan pelatihan dan keterampilan di perpustakaan seperti yang kita sebutkan. Kegiatan ini harus kita kolaborasikan dengan stakeholder yang lain,” terangnya.
Kita, ditegaskan Eka, juga butuh dukungan advokasi dengan yang lain seperti kepala desa, penggiat literasi, komunitas yang berbasis kebudayaan, lingkungan dan tidak lupa melibatkan komunitas kearipan lokal.
Harapannya, kata Eka, ketika terjadi salah satu perpustakaan berhasil menerapkan TPBIS, maka akan menjadi replikasi perpustakaan mandiri. “Kita menerapkan TPBIS di Bangka Barat saat ini telah 90%. Keberhasilan ini menjadi konsen perhatian perpusnas melalui TPBIS ini. Sehingga desa yang telah berhasil tersebut bisa dijadikan contoh untuk desa lain,” tandasnya.
“Kegiatan ini diharapkan akan terus berkelanjutan guna peningkatan layanan perpustakaan dan pengelolanya. Dengan meningkatnya layanan dan pengelola perpustakaan, maka masyarakat dalam melakukan kegiatan di perpustakaan dapat terakomodir. Dengan begitu perpustakaan desa terus bertranformasi untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat,” tutup Eka.
Fakhrur Rozy, Ketua Rumah Literasi dan Edukasi Mimbar Kewarasan Bangka Barat, mengungkapkan, dirinya selaku anak muda sekaligus permustaka merasakan dampak dari kegiatan Perpusda Bangka Barat yakni berbasis secara inklusif sosial ini.
“Selain membaca dan menulis, kami dapat mengimplementasikan kegiatan literasi kami. Harapan saya, semoga Perpusda Bangka Barat lebih menjawab tantangan anak muda, sehingga menjadi wisata edukasi baru, dan yang pasti kami menjadi terarah atau terkontrol untuk lebih produktif,” ungkapnya.(rel/3).