RAKYATPOS.COM, BANGKA BARAT – Untuk mengembangkan literasi di Bangka Barat (Babar), Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (DPK) Babar melakukan berbagai upaya, diantaranya menggali aspirasi para penggiat literasi melalui Forum Konsultasi Publik.
Kegiatan pada Selasa (01/10/2024) itu, berlangsung ruang pertemuan Gedung Perpustakaan Daerah (Perpusda) Babar.
Kabid Pembinaan Perpustakaan Babar, Eka Oktawianto mewakili Kepala DPK Babar, Farouk Yohansyah dalam sambutannya saat membuka Forum Konsultasi Publik, mengatakan, kegiatan ini wajib dilaksanakan setiap setahun sekali dalam rangka menggali aspirasi masyarakat dan stakeholder terkait dengan pelayanan publik yang dilaksanakan oleh Perpusda Babar.
“Tahun 2025 kegiatan kita dari dana DAK ada tiga item, yakni pertama kegiatan program publik peningkatan budaya baca dan literasi; kedua pembinaan dan pendataan perpustakaan dan naskah kuno daerah; ketiga operasional layanan perpustakaan. Sedangkan capaian kinerja kita dari bulan Januari sampai Juli dapat predikat baik, dengan survey capaian kepuasan masyarakat 82,54,” kata Eka.
Oleh karena itu, pihaknya mengharapkan masukan dari penggiat literasi dan stakeholder terkait, langkah-langkah apa dan kebijakan apa yang dapat DPK Babar ambil untuk peningkatan layanan Perpusda.
“Sekarang di perpusda juga ada mall pelayanan publik (MPP) baik instansi vertikal dan daerah, yakni 9 pelayanan. Kami akan selalu berusaha terus meningkatkan standar kepuasan pelayanan untuk masyarakat,” ujarnya.
Perpusda Babar, disebutkan Eka, juga telah meluncurkan layanan kartu SAKTI pepustakanan yang langsung bisa mengakses buku perpustakaan nasioanal. Perpustakaan daerah pun sudah ada e-pusda yang langsung bisa diakses oleh masyakat.
“Jadi, kita mendorong perpustakaan ke depan bertransformasi berbasis inklusi social. Perpustakaan ke depan lebih menekankan kepada peningkatan kesejahteraan, pusat ekonomi dan kegaiatan. Perpustakaan berbasis inklusi sosial kita selalu mendapat apresiasi dari perpusnas, keberhasilan ini hendaknya terus kita tingkatkan,” ungkap Eka.
Suryan, Peggiat Literasi Babar yang ikut hadir, menekankan kepada masalah-masalah informasi lokal, misalnya kalau di perpustakaan ada yang namanya pojok ruangan khusus untuk informasi-informasi lokal tentang sejarah Bangka.
Selain itu, tentang budaya Bangka, tulisan-tulisan orang zaman dulu tentang asal usul Pulau Bangka, apa saja yang terjadi di Pulau Bangka pada masa lalu dan lain-lainnya.
Cerita tentang itu semua, menurutnya, ada ditemukan di buku-buku yang berbahasa asing. Ada baiknya cerita itu adanya di Perpusda Babar. Jadi, ketika orang datang ke Perpusda Babar dapat ilmu pengetahuan tentang informasi yang ada di Bangka pada zaman dahulu.
“Sekarang kita tanya siapa dan bagaimana cerita pahlawan Depati Amir misalnya, kemudian tokoh penulis sejarah Bangka yang ada dipulau Bangka ini siapa, contoh penulis Hamidah atau nama lainnya Fatimah bin H. Mukti. Apakah mereka tahu padahal itu sudah diakui oleh orang luar dan karyanya telah diterbitkan oleh Balipustaka, padahal beliau lahir di Mentok,” lanjut Suryan.
Dia, kata Suryan, adalah sastrawan dari Bangka yang bisa dibilang sudah masuk ke kancah nasional. Nah, kalau yang menyajikan cerita seperti budaya lokal, sejarah lokal Bangka sudah lengkap ada di Babar, tentu orang akan datang mencarinya ke Perpusda Babar, karena satu-satunya yang menyajikan ciri khas naskah ini adanya disini.
Marhaen Wijayanto, Penulis menyarankan, ke depan Perpusda Babar lebih bertransformasi menjadi perpustakaan yang mampu menyesuaikan dengan litersi digital termasuk pembuatan cerita berbasis digital.
Selanjutnya, menurut Marhaen, kegiatan pelatihan, bimtek agar terus dilaksanakan. Kemudian dalam bentuk fisik pembuatan kumpulan komunitas buku antologi.
Sedangkan untuk menarik minat generasi anak muda berkunjung ke pusda bisa dilakukan misalnya festival musik akustik anak sekolah SMA.
Fakhrur Rozy selaku pendiri dan ketua rumah literasi dan edukasi mimbar kewarasan di waktu bersama mengucap syukur dirinya di undang oleh Perpusda Babar terkait rapat forum komunikasi public ini.
Harapan Fakhrur, semoga Perpusda Bangka Barat menjadi wisata pendidikan literasi dan numerasi bagi masyarakat, sehingga implementasi nyata literasi dapat bersifat inklusif sosial dalam rangka membangun sumber daya manusia.
“Ini di dukung penuh oleh Perpusda Bangka Barat dengan cara memfasilitasi organisasi kami. Kami mengharapkan Kepala DPK bisa memfasiltasi ruang khusus untuk meningkatkan kreativitas remaja sebagai wujud implemtasi nyata dari selesai membaca buku,” harap dia.(vip/3).