Herwin Sudikta Bongkar Logika Aneh di Balik Whoosh: Kalau Bukan Profit, Siapa yang Tanggung Rugi?

6 hours ago 6
Situasi para penumpang kereta cepat Whoosh di Stasiun Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Minggu (16/6/2024). ANTARA/Rubby Jovan

FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Pegiat media sosial, Herwin Sudikta, kembali berbicara soal Kereta Cepat atau Whoosh yang disebut Presiden ke-7 RI, Jokowi sebagai investasi sosial, bukan proyek yang berorientasi keuntungan.

Dikatakan Herwin, pernyataan itu justru menimbulkan banyak pertanyaan serius soal transparansi dan tanggung jawab keuangan publik.

“Profitum non est, politicum est. Yang dicari bukan profit, tapi citra politik,” ujar Herwin kepada fajar.co.id, Senin (3/11/2025).

Herwin menegaskan, pernyataan Jokowi yang membela Whoosh dengan alasan tidak merugikan negara karena yang dicari bukan profit, merupakan kalimat sederhana yang justru membongkar masalah mendasar dalam pengelolaan proyek tersebut.

“Kereta cepat Whoosh tidak merugikan negara, karena yang dicari bukan profit. Kalimat sederhana (dari Jokowi) tapi justru membuka banyak pertanyaan serius soal transparansi dan tanggung jawab keuangan publik," sebutnya.

Ia menjelaskan, bila proyek seperti Whoosh diklaim tidak mencari keuntungan, maka seharusnya dikategorikan sebagai Public Service Obligation (PSO) seperti PLN atau Pertamina.

Hanya saja faktanya, kata Herwin, hal itu tidak pernah dilakukan.

“Kalau yang dicari bukan profit, berarti Whoosh dikategorikan sebagai Public Service Obligation (PSO), sama seperti PLN dan Pertamina. Masalahnya, Whoosh tidak pernah ditetapkan sebagai proyek PSO,” imbuhnya.

Ia menambahkan, sejak awal proyek tersebut merupakan kerja sama business to business (B2B) antara BUMN Indonesia dan Tiongkok, bukan proyek sosial.

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:

Read Entire Article
Rakyat news| | | |