![Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman saat berkunjung kerja ke lokasi tanam padi Kelurahan Poncosari, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Rabu (15/1/2025). ANTARA/Hery Sidik](https://fajar.co.id/wp-content/uploads/2025/01/Screenshot-2025-01-15-16.54.08.png)
FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menegaskan bahwa penyerapan gabah petani secara maksimal oleh Perum Bulog merupakan langkah strategis untuk memastikan keberhasilan swasembada pangan.
"Yang paling penting hari ini adalah serap gabah sebagai kunci untuk swasembada. Kenapa? Kalau serap gabah bermasalah, target swasembada juga akan terancam," kata Mentan Amran saat melakukan kunjungan kerja ke lokasi panen raya di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Rabu.
Mentan meminta Bulog agar memaksimalkan penyerapan gabah petani sesuai dengan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) sebesar Rp6.500 per kilogram.
Ia menyoroti bahwa pembelian gabah dengan harga Rp5.500 per kilogram, seperti yang terjadi saat ini di Kabupaten Bantul, dapat mengakibatkan kerugian besar hingga mencapai Rp25 triliun karena adanya selisih harga Rp1.000 per kilogram.
"Selisih Rp1.000 itu besar karena rencana target panen kita 25 juta ton. Artinya apa? Petani bisa kehilangan pendapatan hingga Rp25 triliun. Tadi kita dengar langsung dari petani harganya Rp5.500 per kilogram. Kalau selama empat bulan ini panen harganya di bawah HPP, bisa berdampak pada kerugian," jelasnya.
Lebih lanjut, Mentan menegaskan bahwa anggaran sektor pangan dari negara untuk mendukung petani akan sia-sia jika penyerapan gabah dilakukan di bawah harga yang ditetapkan.
"Anggaran APBN yang sebesar Rp145 triliun itu akan sia-sia apabila serapannya Rp5.500 (per kg). Karenanya peran Bulog sangat strategis. Bulog harus kerja keras untuk menyerap gabah petani, karena ini adalah perintah Bapak Presiden yang tidak bisa ditawar," tambah Mentan.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di: