Tumor Demokrasi Kian Membengkak

3 weeks ago 17
Fajlurrahman Jurdi

Oleh: Fajlurrahman Jurdi
(Dosen pada Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Unhas)

Tahun 2024 adalah tahun yang berat dilalui, tetapi berhasil diterjang oleh kita semua. Tahun dimana harapan disematkan, janji diutarakan, kalimat diucapkan dengan sekuat tenaga, serta rencana-rencana tak terduga.

Para penguasa mengobral janji melalui kampanye dan kata-kata, meskipun rakyat sudah kenyang dengan janji-janji itu, mereka tetap saja menanti kepastian. Makin banyak omong kosong datang dan pergi, makin tertimbun harapan di segenap penjuru negeri, sehinga mengakibatkan rakyat dijejali oleh ragam ketakpastian.

Pemilu dan Pilkada dilaksanakan di tahun 2024, sehingga tahun lalu juga layak disebut sebagai tahun transisi kekuasaan. Estafet kepemimpin berganti dan berubah pada mereka yang enggan menunaikan harapan rakyat, namun status quo tetap terjaga di banyak tempat. Kemenangan dan kekalahan terjadi dalam kekusutan transisional yang tak terkira.

Betapa banyak mereka yang wajahnya muram durja karena tak berhasil merebut kuasa yang mereka cita-citakan. Kekuasaan, seolah menjadi berhala yang disembah dan dipuja, sehingga diburu dengan menghalalkan segala macam cara. Kekuasaan yang semestinya dikendalikan oleh aktor, sepanjang tahun 2024, kekuasaan beralih menjadi pengendali aktor. Faktornya sederhana, rasa haus subyek yang tak bisa ditawar sehingga mereka tak melihat kekuasaan sebagai instrumen, tetapi sebagai tujuan.

Bayang-bayang kekuasaan sebagai tujuan inilah yang menyebabkan tindakan subyek melampaui rule of the game. Tidak dapat dibayangkan, subyek menggunakan dalil tanpa batas untuk mengejar nilai-nilai yang tak terhitung secara kuantitaif, dan nilai yang dimaksud adalah kedudukan, jabatan atau kekuasaan. Karena mengejar itu, tunggangan para subyek tak dipikirkan, asal bisa mengantar menuju tujuan, mereka kendarai seluruh jenis tunggangan yang diperlukan.

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:

Read Entire Article
Rakyat news| | | |