
FAJAR.CO.ID, Bekasi -- Wilayah Bekasi terancam banjir sepanjang masa. Hal itu dipicu adanya lahan sawah yang telah berubah jadi kompleks hunian.
Hasil kajian ahli Tata Kota Universitas Trisakti, Yayat Supriatna, menyebutkan, Bekasi akan terus terancam banjir jika tidak segera membenahi aliran sungai.
Menurutnya, banjir di Bekasi terjadi akibat perubahan tata ruang yang mengubah area sawah menjadi perumahan, sementara sistem irigasi yang awalnya dirancang untuk persawahan tidak mampu menangani peningkatan aliran air akibat urbanisasi yang pesat sejak 1970-an.
Perkembangan properti yang pesat di Bekasi, terutama karena kedekatannya dengan Jakarta, menyebabkan banyak perumahan dibangun di sekitar Daerah Aliran Sungai (DAS) Cileungsi dan Cikeas memperburuk risiko banjir.
Jika dibandingkan dengan sungai di Jepang, melalui tampilan Google Maps, terdapat perbedaan yang terlihat jelas.
Sungai di Jepang memiliki kelebaran yang lebih luas dengan tanah kosong di sekitarnya untuk membantu penyerapan air, sedangkan sungai di Bekasi lebih sempit dengan permukiman atau jalan yang berdempetan langsung di sekitarnya.
Kondisi ini menunjukkan adanya kesalahan dalam perencanaan tata kota.
Menanggapi pernyataan dan penjelasan Yayat, warganet menyebut bahwa Badan Pertahanan Nasional (BPN), Pengembang Properti (Developer), serta Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN (ATR/BPN), harusnya bertanggung jawab atas masalah ini.
Pasalnya, institusi tersebut dinilai telah membiarkan pembangunan yang tidak memperhitungkan aspek pengendalian banjir. (Besse Arma/Fajar)
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di: