
FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Pasar domestik Indonesia diyakini memiliki penyangga atau buffer yang kuat di tengah tensi global yang semakin meningkat.
Pandangan tersebut disampaikan Chief Economist Bank Mandiri, Andry Asmoro pada Selasa (8/4). Andry mengatakan penyangga yang kuat dimiliki Indonesia adalah permintaan di dalam negeri yang stabil selama Ramadan dan kesiapan BI, untuk intervensi nilai tukar rupiah dengan cadangan devisa yang berada di level baik.
“Meskipun tensi global meningkat, pasar domestik punya buffer kuat lewat intervensi Bank Indonesia (BI) dan kestabilan permintaan domestik selama Ramadan," kata Andry.
Bank Indonesia diperkirakan akan tetap hadir di pasar untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah yang diproyeksi bergerak di kisaran Rp 16.610 per USD hingga Rp 16.840 per USD hari ini.
Nilai tukar rupiah pada penutupan 26 Maret lalu menguat tipis sebesar 0,12 persen ke level Rp 16.560 per USD. Sejauh tahun berjalan, rupiah tercatat melemah sebesar 2,84 persen. Namun penguatan menjelang libur menunjukkan bahwa pelaku pasar masih melihat fundamental domestik secara positif.
Sebelum libur panjang, IHSG ditutup menguat 0,59 persen ke level 6.510,62 dengan aliran dana asing mencatat net inflow sebesar Rp623,6 miliar. Meskipun IHSG masih terkoreksi 8,04 persen secara year-to-date, penguatan jelang libur menjadi sinyal positif bahwa pelaku pasar masih menaruh kepercayaan terhadap prospek jangka menengah.
Di pasar obligasi, imbal hasil (yield) surat utang pemerintah tenor 10 tahun dalam rupiah turun signifikan sebesar 12,2 bps menjadi 7,00 persen. Di saat yang sama, yield obligasi pemerintah dalam dolar AS naik tipis menjadi 5,32 persen.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di: